Selasa, 04 Desember 2012

Pembahasan laporan protan jagung


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 hasil
Perlakuan
(kel)
Minggu
ke
Rerata tinggi tanaman
Rerata jumlah daun
Rerata diameter batang
Rerata panjang akar
Rerata jumlah akar
1
(1 dan 4)
1
3,85
4,1
4,17
85,95
28,52
2
25,04
5,52
3
30,1
8
4
65,91
8,58
5
106,23
9,33
6
140,19
10,75
7
179,1
12,5
8
169,55
14,05
2
(2 dan 5)
1
8,25
4,75
8,625
77,83
31,1
2
27,54
5,25
3
55,65
7,55
4
78,93
9,87
5
119,93
10,08
6
143,98
9,3
7
161,3
10,47
8
176,71
12,56
3
( 3 dan 6)
1
4,05
10,5
32,12
16,15
3,17
2
6,4
3,5
3
14,73
5,1
4
21,18
5,5
5
39
5,75
6
45,5
6,8
7
57,87
7,8
8
61
8,2

4.2 Pembahasan
Upaya peningkatan produksi jagung di dalam negeri dapat ditempuh melalui perluasan areal tanam dan peningkatan produk- tivitas. Perluasan areal dapat diarahkan pada lahan-lahan potensial seperti lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan, dan lahan kering yang belum dimanfaatkan untuk pertanian. Berdasarkan penyebaran luas sawah dan tipe irigasinya, diperkirakan terdapat 457.163 ha yang potensial untuk peningkatan indeks pertanaman. Di luar Jawa terdapat 20,5 juta ha lahan kering yang dapat di-kembangkan untuk usahatani jagung. Prospek tanaman jagung di indonesia sangatlah menjajikan karena tingkat kebutuhan jagung nasional yang diperkirakan mencapai 22 juta ton pada tahun ini, ternyata memberikan untung yang cukup besar bagi para petani di Indonesia. Tidaklah heran bila kondisi tersebut menjadikan peluang usaha budidaya jagung masih tetap untung, dan sekarang ini menjadi salah satu mata pencarian utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Seperti kita ketahui bersama, tanaman jagung sangatlah bermanfaat bagi kehidupan manusia. Di Indonesia sendiri, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua yang terbilang sangat penting setelah tanaman padi, bahkan sekarang ini masih ada beberapa daerah kecil yang memanfaatkan jagung sebagai makanan pokok mereka sehari-hari. Dalam beberapa tahun terakhir proposi penggunaan jagung oleh industri pakan telah mencapai 50% dari total kebutuhan nasional. Dalam 20 tahun ke depan, penggunaan jagung untuk pakan diperkirakan terus meningkat dan bahkan setelah tahun 2020 lebih dari 60% dari total kebutuhan nasional.
            Tanaman jagung termasuk Class monocotyledone, ordo graminae, familia graminaceae, genus zea, species Zea mays.L ( Insidewinme, 2007) dan merupakan tanaman berumah satu (monoecious), bunga jantan (staminate) terbentuk pada malai dan bunga betina (tepistila) terletak pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi masih dalam satu tanaman Menurut Goldsworthy dan Fisher (1980), Tanaman jagung berakar serabut terdiri dari akar seminal, akar adventif dan akar  udara (Goldsworthy dan Fisher, 1980), mempunyai batang  induk, berbentuk selindris terdiri dari sejumlah ruas dan buku ruas.  Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang  bervariasi 60-300 cm, tergantung pada varietas  dan  tempat. Selama  fase  vegetatif bakal daun mulai  terbentuk dari kuncup tunas Daun terbentuk dari pelepah dan daun (leaf blade & sheath). Daun muncul dari ruas-ruas batang. Pelepah daun muncul sejajar dengan batang. Pelepah daun bewarna kecoklatan yang menutupi hampir semua batang jagung(Belfield dan Brown, 2008). Setiap daun terdiri dari helaian daun, ligula dan pelepah daun yang erat melekat pada batang (Sudjana, Rifin dan Sudjadi, 1991). Bunga jantan terletak dipucuk yang ditandai dengan adanya rambut atau tassel dan bunga betina terletak di ketiak daun dan akan mengeluarkan stil dan stigma (Idris, Zainal, Mohammad, Lassim, Norman dan Hashim, 1982).  Bunga jagung tergolong bunga tidak lengkap karena struktur bunganya tidak mempunyai petal dan sepal dimana organ bunga jantan (staminate) dan organ bunga betina (pestilate) tidak terdapat dalam satu bunga disebut berumah satu (Sudjana, Rifin dan Sudjadi, 1991). 
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Buah Jagung siap panen Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).Biji tanaman jagung dikenal sebagai kernel terdiri dari 3 bagian utama, yaitu dinding sel, endosperma, dan embrio. Bagian biji ini merupakan bagian yang terpenting dari hasil pemaneman. Bagian biji rata-rata terdiri dari 10% protein, 70% karbohidrat, 2.3% serat. Biji jagung juga merupakan sumber dari vitamin A dan E. (Belfield dan Brown, 2008).
Praktikum teknik produksi tanaman jagung menggunakan 3 perlakuan. Parameter yang digunakan adalah rerata tinggi tanaman, rerata jumlah daun, rerata diameter batang, rerata panjang akar, dan rerata jumlah akar. Pengamatan dilakukan selama 8 minngu. Pada minggu pertama tinggi tanaman perlakuan 2 adalah dengan tinggi terbaik yaitu 8,25 cm, sedangkan rerata jumlah daun pada perlakuan 3 dengan daun terbanyak yaitu 10,3. Pada minggu kedua setelah dilakukan perlakuan pupuk yaitu pada perlakuan 1 dan 2 yaitu tumbuh dengan pesat yaitu 25, 04cm pada perlakuan 1 dan 27, 54cm, sedangkan pada perlakuan 3 (kontrol) tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan yaitu 6,4 cm. Kemudian pengamatan hari ke 8 rerata tinggi tanaman tanaman dengan perlakuan terbaik adalah perlakuan 2 yaitu NPK+B.O yaitu 176, 71, sedangkan perlakuan 1 adalah 169, 55cm dan pada kontrol hanya 61 cm. Rerata daun pada perlakuan 1 dan 2 hampir sama dengan 4 daun pada minggu pertama, sedangkan pada kontrol hanya 1 buah. Kemudian pada perlakuan 1 jumlah daun menjadi terbanyak dengan 14, 05 dan menjadi daun terbanyak, sedangkan kontrol hanya 8,2 buah. Parameter yang digunakan selanjutnya adalah diameter batang pada perlakuan 1 adalah 4, 17, peralakuan 2 adalah 8, 65. Sedangkan pada perlakuan 3 adalah 3, 212. Rerata panjang akar digunakan sebagai parameter berhubungan dengan penyediaan dan jangkauan tanaman dalam mencari unsur hara. Pada perlakuan 1 adalah 85, 95 cm, pada perlakuan 2 adalah 77, 83 cm dan pada perlakuan kontrol hanya 16, 15 cm. Rerata jumlah akar pada perlakuan 1 adalah 28, 52, pada perlakuan 2 adalah 31, 1 cm, sedangkan pada kontrol hanya 3, 17 cm.

Grafik 1. Rerata tinggi tanaman
Grafik 2. Rerata jumlah daun
Grafik 3. Grafik diameter batang, panjang akar, jumlah akar
Nutrisi adalah faktor  sangat penting dalam menunjang pertumbuhan tanaman. Jika banyak nutrisi yang diserap tanaman jagung, maka pertumbuhan akan semakin baik pula. Sedangkan faktor abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan jagung adalah cahaya, air, kelembaban, derajat keasaman. Cahaya sangat membantu dalam proses fotosintesis ketika tanaman jagung sudah tumbuh daun. Sekitar 80-90 % tubuh mahkluk hidup tersusun atas air. Zat ini digunakan sebagai pelarut di dalam sitoplasma, untuk menjaga tekanan osmosis sel, dan mencegah sel dari kekeringan. Air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan dan penyebaran biji, bagi hewan dan manusia air diperlukan untuk minum dan sarana hidup lain seperti transportasi bagi manusia dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain misalnya tanah dan batuan, air digunakan sebagai pelarut dan pelapuk. Salinitas juga berpengaruh pada produksi tanaman jagung karena dengan salinitas tinggi tanaman jagung akan mati karena adanya peristiwa plasmolisis yang menyebabkan cairan pada akar tanaman keluar sehingga akar tanaman akan kering dan tanaman selanjutnya mati.
            Pemupukan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan tanaman jagung hal ini dapat dibuktikan dengan perbandingan pertumbuhan tanaman jagung pada praktikum kali ini. Dengan pemberian pupuk tentu tanaman akan tumbuh dengan baik karena nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman telah diberikan dan dicukupi sehingga pertumbuhan tanaman jagung dapat optimal salah satunya terlihat pada tinggi tanaman yang terus berkembang seiring dengan pertambahan jumlah daun hal ini menunjukan bahwa kebutuhan unsur hara sebagai nutrisinya sudah terpenuhi sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan optimal berbeda pada perlakuan kontrol, pada perlakuan kontrol tanaman mengalami pertumbuhan yang terhambat dan tidak optimal hal ini dapat diketahui dari pertumbuhan tinggi tanaman yang relatih lebih pendek atau kerdil, selain itu warna daun tanaman pada perlakuan kontrol lebih kearah sedikit hijau kekuningan yang dikarenakan defisiensi unsur hara yang menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan tidak dapat tumbuh dengan optimal.
            Rekomendasi penggunaan pupuk pada produksi tanaman jagung adalah Urea, SP-36 dan KCl (pupuk tunggal). Waktu pemupukan dilakukan setelah 7 hari setelah tanaman dengan jumlah pupuk dasar sebanyak Urea 100 kg/ha,Sp-36 sebanyak 150 kg/ha, Kcl sebanyak 100 kg/ha setelah itu melakukan pemupukan pada 28-30 hari setelah tanam melakuakan pemupukan Urea sebanyak 150 kg/ha, 45-50 hst pupuk Urea 100-150. Namun apabila menggukana pupuk majemuk N:P:K seperti Phonska maka pemberian pupuknya pada waktu 7 hari setelah tanam menggunakan pupuk dasar phonska sebanyak 350 kg/ha. Setelah itu pada umur 28-30 harisetelah tanam menggunakan pupuk Urea sebanyak 100 kg/ha. 45-50 hst pupuk Urea 100-150 maka apabila lahan sudah dalam kriteria yang sehat dan subur maka rekomendasi dari dinas pertanian seperti diatas akan memberikan hasil yang optimal dan maksimal terhadap produksi tanaman jagung yang dibudidayakan. Tetapi sebelum melakukan pemupukan sebelumnya dilakukan analisa terhadap kandungan unsur hara yang ada ditanah dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman agar tanaman tidak mengalami keracunan akibat kebanyakan pupuk.


















           
BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1.        Prospek kedepan tanaman jagung akan menjadikan peluang yang menjanjikan.
2.        Perlakuan terbaik pada praktikum teknik produksi tanaman jagung adalah NPK+ Bahan Organik.
3.        Pemupukan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan tanaman jagung.

5.2 Saran
            Sebelum melakukan pemupukan sebaiknya dilakukan analisa terhadap unsur yang ada dalam tanah agar tidak terjadi kelebihan unsur hara yang menyebabkan tanaman menjadi keracunan, pengamatan sebaiknya dilakukan secara rutin agar tanaman tidak mengalami kematian.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar