Minggu, 23 September 2012


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Mikroorganisme di samping mempunyai bentuk dan ukuran sel yang kecil, juga ada diantaranya yang mempunyai sel tembus cahaya. Untuk dapt dilihat dalam keadaan hidup tidaklah mudah. Sehingga untuk dapat meneliti ataupaun melihat bentuk dan ukurannya diperlukan pewarnaan atau pengecatan terlabih dahulu agar selnya tampak dengan jelas.
Pewarnaan terhadap mikrobia, tidak bisa dilakukan dengan begitu saja tetapi harus melalui cara dan tahapan yang sudah ditentukan. Ini mengingat isi kandungan yang ada dalam mikrobia, khususnya bakteri yang mungkin akan memberikan reaksi terhadap pewarna yang diberikan.
Cat bakteri atau yang disebut cat biologi,yaitu persenyawaan organik yang mempunyai gugusan khromosfor dan auxokhrom yang terikat dalam satu cincin benzena. Beberapa cara pengecatan bakteri yang penting adalah:
1.      Pengecatan negatif ( pengecatan tidak langsung) adalah pengecatan yang di cat adalah latar belakangnya, sedangkan bakterinya tidak. Pada pengecatan ini tidak dilakukan fiksasi, sehingga bakteri tidak mengalami perubahan ukuran.
2.      Pengecatan sederhana adalah pengecatan yang hanya menggunakan satu macam cat saja. Sebelum di cat dilakukan fiksasi agar dapat lebih melekat lebih melekat pada obyek glass.
3.       Pengecatan gram adalah pewarnaan yang paling banyak digunakan untuk bakteri.

            1.2  Tujuan dan Manfaat
Tujuan dilakukannya praktikum mengenai pewarnaan sel (bakteri dan jamur) dan pewarnaan endospora ini antara lain :
1)      Mempelajari proses pewarnaan struktur sel bakteri dan jamur
2)      Mempelajari bentuk-bentuk, struktur sel bakteri dan jamur
3)      Memahami pentingnya setiap langkah dalam prosedur pewarnaan dan memahami reaksi kimiawi di dalam prosedur tersebut

Manfaat yang diperoleh setelah mengikuti praktikum mengenai pewarnaan sel bakteri  dan jamur ini adalah praktikan akan mempunyai keterampilan dan keahlian dalam  hal pewarnaan sel bakteri dan jamur yang banyak dilakukan dalam laboratorium-laboratorium mikrobiologi dengan metode yang disesuaikan.
             


II.    TINJAUAN PUSTAKA

Mikroorganisme yang ada dialam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan (Dwidjoseputro, 1994).
Tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya (Pelczar & Chan, 1986).
Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana (Pelczar & Chan, 1986). Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel microbe atau bagian-bagian sel mikroba disebut teknik pewarnaan diferensial (Pelczar & Chan, 1986). Sedangkan pengecatan struktural hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengecatan endospora, flagella dan pengecatan kapsul.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, subtrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Pewarnaan gram pertama kali mulai dikembangkan pada tahun 1884 oleh ahli histologi yaitu Cristian Gram (Cappuccino & Sherman, 1983). Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif  berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp Contoh bakteri yang tergolong bakteri tahan asam, yaitu dari genus Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus Nocardia. Bakteri- bakteri dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel bakteri tersebut tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram ( Dwidjoseputro, 1994).
Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-senyawa kimia ini berguna untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel bakeri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri (Suriawa, 1986).
Sel-sel warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam dan basa. Jika warna terletak pada muatan positif dari zat warna, maka disebut zat warna basa. Jika warna terdapat pada ion negatif, maka disebut zat warna asam. Contoh zat warna basa adalah methylen blue, safranin, netral red, dan lain-lain. Sedangkan.
Zat warna asam umumnya mempunyai sifat dapat bersenyawa lebih cepat dengan bagian sitoplasma sel sedangkan zat warna basa mudah bereaksi dengan bagian- bagian inti sel. Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Pada bakteri gram positif menunjukkan warna biru ungu dan bakteri gram negatif berwarna merah.
Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu :
1.      Gram A /Zat warna utama (violet kristal)
2.      Gram B /Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan warna utama.
3.      Gram C /Pencuci / peluntur zat warna (alkohol / aseton) yaitu solven  organic yang digunakan uantuk melunturkan zat warna utama.
4.      Gram D / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan denga alkohol.





III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum mengenai “Pewarnaan Sel Bakteri dan Jamurdilaksanakan pada hari Rabu 12 Oktober pada  pukul 14.30Selesai, bertempat di Laboratorium HPT Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2  Alat dan Bahan

3.2.1 Alat yang digunakan dalam pengecatan adalah:
1.      Mikroskop
2.      Kaca benda
3.      Kaca obyek
4.      Jarum ose
5.      Rak tabung reaksi
6.      Bunsen
7.      Tabung reaksi
8.      Kertas a4 dan alat tulis

3.2.2 Bahan yang digunakan adalah:
1.      Biakan murni (jamur dan bakteri)
2.      Aquades
3.      Kapas
4.      Nigrosin / tinta cina
5.      Larutan laktofenol
6.      Larutan metylene blue
7.      Larutan kristal violet
8.      Larutan mordan
9.      Alkohol 70%
10.  Larutan safranin


3.3  Cara Kerja

3.3.1 Pengecatan jamur

 kaca dibersihkan dengan alkohol sampai bebas dari lemak dan debu, kemudian jamur diambil dari tempat isolasi dengan menggunakan jarum ose. Kemudian ditetesi air aquades dengan jarum ose  dan direnggangkan pada kaca benda. Jamur yang sudah renggang  kemudian ditetesi laktofenol dan ditutup dengan kaca obyek tidak boleh ada gelembung udara dalam kaca benda tersebut. Kemudian diamati dengan mikroskop perbesaran lemah, sedang dan kuat. Menggambar jamur  pada kertas a4 dan memberi keterangan.

3.3.2 Pengecatan Sederhana

kaca benda dibersihkan dengan alkohol hingga bebas dari lemak dan debu. Kemudian bakteri diambil menggunakan jarum ose dari tempat isolasi dan diletakkan pada kaca benda. Kemudian ditetesi dengan air, dan direnggangkan menggunakan jarum ose. Setelah bakteri renggang kemudian ditetesi dengan metylene blue dan ditutup dengan kaca . Dibiarkan selama 2-3 menit agar kering. Diamati menggunakan mikroskop perbesaran lemah, sedang, dan kuat. Menggambar bakteri pada kertas a4 dan memberi keterangan.

3.3.3 Pengecatan Negatif

Kaca benda dibersihkan dengan dengan alkohol hingga bebas dari lemak dan debu, kemudian diganggang diatas nyala spiritus (fiksasi). Setelah dingin isolat bakteri diambil dengan jarum menggunakan jarum ose dari tempat isolasi dan diletakkan pada kaca benda. Kemudian ditetesi dengan air, dan direnggangkan menggunakan jarum ose. Setelah bakteri renggang kemudian ditetesi dengan nigrosin/ tinta cina dan diratakan sampai tipis. Kemudian di kering anginkan dan diamati menggunakan mikroskop. Digambar  pada kertas a4 diberi keterangan.

3.3.4 Pengecatan Gram

Kaca benda  dibersihkan dengan dengan alkohol hingga bebas dari lemak dan debu, kemudian diganggang diatas nyala spiritus (fiksasi). Setelah dingin isolat bakteri diambil dengan jarum menggunakan jarum ose dari tempat isolasi dan diletakkan pada kaca benda. Kemudian ditetesi dengan air, dan direnggangkan menggunakan jarum ose. Setelah itu ditetesi dengan kristal violet, di kering anginkan selama 2-3 menit.
Setelah kering kemudian dicuci menggunkan air steril. Setelah itu di teteskan larutan mordan (Gram B) dan di diamkan selama 2-3 menit, dicuci kembali menggunakan air steril.  Ditetesi dengan gram c atau alkohol, di diamkan selama 20-30 detik. Tahap akhir dalam proses ini adalah pemberian gram d (safranin), dibiarkan selama 2 menit. Cuci kemudian di keringkan dan di anginkan, setelah itu diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran rendah, sedang, dan tinggi serta hasilnya digambar pada kertas a4.













IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Gambar mikrobia
Keterangan
  JAMUR TEMPE
·    sporangium
·   Spora
·   kolumella
·   Sporangiophora
·   Rhizoid
·   Stolon
BAKTERI JERUK
( PENGECATAN SEDER-HANA)
·         Bakteri berwarna biru
·         Bakteri berbentuk lonjong
BAKTERI JERUK( PENGE-CATAN NEGATIF)
·         Bakteri berbentuk bulat
·         Bakteri berbentuk lonjong
·         Latar belakang gelap
·         Warna bakteri merah

BAKTERI JERUK ( PENGE-CATAN GRAM NE-GATIF)
·          sel berwarna transparan
·         Latar transparan
Aspergillus sp (kontaminasi)

·   Konidia
·   Knidiophore
·   Sterigma
·   Vesikula
·   Sel kaki
·   Miselium

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengecatan jamur

Pada pengecatan jamur tempe/ rhizopus sp, jamur tampak jelas pada mikroskop. Pada jamur tempe tersebut terdapat bagian-bagian yang dapat dilihat menggunakan mikroskop yaitu, sporangium, spora, kolumella,  sporangiophora, rhizoid, dan stolon. 
5.2.2 Teknik Pewarnaan sederhana
Dari hasil pengamatan, setelah dilakukan pewarnaan sederhana dengan zat warna metilen blue pada bakteri jeruk, diperoleh suatu bentuk morfologi dari bakteri tersebut antara lain sebagai berikut: bentuk sel bakteri berbentuk lonjong dan warna sel biru.
5.2.3 Teknik pewarnaan Negatif
Dari hasil pengamatan, setelah dilakukan pewarnaan negatif dengan zat warna nigrosin/ tinta cina pada bakteri jeruk, diperoleh suatu bentuk morfologi dari bakteri tersebut antara lain sebagai berikut: bakteri berbentuk lonjong, latar belakang gelap dan warna bakteri merah.
5.2.4 Teknik Pewarnaan Gram
Dari hasil pengamatan, setelah dilakukan pewarnaan gram dengan serangkaian zat gram a, b, c, dan d pada bakteri jeruk, diperoleh suatu bentuk morfologi dari bakteri tersebut antara lain sebagai berikut: sel berwarna transparan, latar transparan. Jadi dapat disimpulan bahwa pengecatan gram diatas bersifat negatif
.
5.2.5 Pengecatan Jamur Aspergillus ( kontaminan)
Pada pengecatan jamur aspergillus sp, jamur tampak jelas pada mikroskop. Pada jamur tersebut terdapat bagian-bagian yang dapat dilihat menggunakan mikroskop yaitu, konidia, knidiophore, sterigma, vesikula, sel kaki, dan miselium.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Setelah dilakukan pengecatan, mikroorganisme menjadi mudah untuk dilihat.
2.      Bakteri  berubah ukuran setelah dilakukan fiksasi.
3.      Pada jamur bentuk dan bagian-bagiannya terlihat jelas.
5.2  Saran
Hendaknya para praktikan sangat berhati-hati dalam melakukan teknik pengecatan. Sebaiknya praktikan mengetahui prosedur dengan benar. Selain itu, praktikan diharapkan memakai jas lab setiap melakukan praktikum.





DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 1994. Ekologi Manusia dan Perkembangannya. Jakarta: Erlangga
Pelczar dan E. C. S. Chan.1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
Suriawiria, Unus. 1986. Buku Materi Pokok Mikrobiologi. Jakarta: Karunika.