Selasa, 04 Desember 2012

MANAJEMEN USAHA PERTANIAN PENGENDALIAN WERENG COKLAT


Description: Description: logo-unej.jpg

MAKALAH
PENGENDALIAN WERENG COKLAT PADA TANAMAN PADI YANG EKONOMIS DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Usaha Pertanian)








Oleh:
DENI SETYAWAN
NIM: 111510501088



JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  LatarBelakang
            Padi merupakan kebutuhan utama dalam hal sumberdaya pangan khususnya diwilayah Indonesia yang mayoritas masyarakatnya mengkonsumsi beras atau nasi sebagai makanan pokok. Namun keyataannya produktivitas sector pertanian, khususnya padi terus merosot padahal kebutuhan akan padi terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Penyebab merosotnya hasil usaha tani khususnya padi,dikarenakan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu faktorbiotis.
            Faktor biotis atau faktor hidup yaitu faktor yang disebabkan oleh makhluk hidup yang menimbulkan kerusakan pada tanaman, seperti hewan atau binatang, serangga, jasad mikro atau pun submikro dan lain sebagainya. Faktor biotis sering disebut dengan faktor OPT. Setelah diketahui bahwa faktor tersebut sebagai pembatas dan penyebab merosotnya produksi pertanian, maka usaha untuk meningkatkan dan mengurangi kehilangan hasil mulai dilaksanakan.
            Pada tahun lima puluhan, terjadi penggunaan pestisida dan pupuk kimia  yang berlebihan. Memang pada kenyataan terjadi peningkatan. Tetapi setelah diketahui efek negatifnya, maka penggunaan DDT dilarang.Pada tahun enam puluhan terjadi revolusi hijau (”Green revolution”) yang lebih intensif dalam penggunaan varietas berpotensi hasil tinggi,anakan yang banyak, pengaturan tata air, perlindungan tanaman dan pemupukan. Pada awalnya, usaha ini memberikan hasil memuaskan, namun efek negatif tersebut berupa timbulnya hama dan patogen yang tahan terhadap pestisida, residu bahan kimia dalam tanah dan tanaman, dan kerusakan tanaman. Akibat berbagai efek negatif yang terjadi dari penggunaan bahan kimia, maka mulaidigunakan pengendalian jasad hidup yang dikenal dengan pengendalian biologi (”Biologic control”). Dalam metode ini dimanfaatkan serangga dan mikroorganisme yang bersifat predator, parasitoid, dan peracun.
            Upaya meningkatkan hasil pertanian khususnya dalam mengatasi serangan Opt terus berkembang,  dan lebih cenderung memperhatikan beberapa aspek seperti keamanan lingkungan, kesehatan manusia dan ekonomi, maka muncul istilah ”integrated pest control”, integrated pest control dan selanjutnya menjadi integrated pest management (IPM), dan dikenal dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Konsep PHT muncul sebagai tindakan koreksi terhadap kesalahan dalam pengendalian hama yang dihasilkan melalui pertemuan panel ahli FAO di Roma tahun1965. Di Indonesia, konsep PHT mulai dimasukkan dalam Keputusan Presiden No. 3 tahun 1986 dan UU No.12/1992 tentang sistem budidaya tanaman.  
            Oleh karena itu,maka mulai dikembangkan pestisida nabati. Lebih dari 1500 jenis tumbuhan dari berbagai penjuru dunia diketahui dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Di Filipina, tidak kurang dari 100 jenis tumbuhan telah diketahui mengandung bahan aktif insektisida. Di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun. Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati antara lain Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae. Selain bersifat sebagai insektisida, jenis-jenis tumbuhan tersebut juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, mitisida maupun rodentisida. Jenis pestisida yang berasal dari tumbuhan tersebut dapat ditemukan di sekitar tempat tinggal  petani, dapat disiapkan dengan mudah menggunakan bahan serta peralatan sederhana.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui penyebab produksi padi di Indonesia Menurun.
2. Mengetahui cara pengendalian secara hayati agar produksi padi tidak menurun.

1.3 Rumusan Masalah
1. Apakah yang menyebabkan produksi padi di Indonesia Menurun?
2. Bagaimanakah cara pengendalian secara hayati agar produksi padi tidak  menurun?


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman padi memiliki peran yang besar sebagai salah satu komoditi pangan di Indonesia dan padi merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Kebutuhan padi di Indonesia selalu bertambah dari tahun ke tahun sesuai dengan pertumbuhan penduduk. Tetapi terdapat masalah besar yang dihadapi petani teruatama sejak dimulainya revolusi hijau adalah serangan hama yang dapat menghancurkan tanaman. Seiring dengan perjalanan waktu, lambat laun masalah hama ini menjadi perhatian utama (Loekman S, 2002).       Dekade tarakhir, masyarakat mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya tanah, air dan uadar. Teknologi modern mempunyai ketergantungan tinggi terhadap bahan kimia, seperti pupuk kimia, pestisida dan bahan kimia pertanian lainnya yang lebih diminati oleh petani daripada pertanian yang ramah lingkungan (Sutanto, 2006).                                                                                                                        Pengembangan pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam. Dengan demikian pertanian berkelanjutan tidak mungkin begitu saja dilaksanakan tanpa dukungan petani (Reintjes dkk, 1999).     Penggunaan pestisida alami dipandang lebih arif mengingat penggunaan pestisida sintesis ternyata berdampak buruk antara lain munculnya ketahanan hama terhadap pestisida, membengkaknya biaya produksi untuk membeli pestisida serta timbulnya dampak negatif penggunaan pestisida serta timbulnya dampak negatif penggunaan pestisida terhadap manusia, lingkungan dan ternak (Octavia dkk, 2008).                                                                                                                Pengendalian hama dengan menggunakan pestisida alami dapat dijadikan pilihan paling murah dan lestari. Pestisida organik yang bersifat mudah teruarai menjadi bahan tidak berbahay dan juga dapat pula dipergunakan sebagai bahan pengusir/repelen terhadap serangga dan hama tertentu, menjadikannya alternatif yang ramah lingkungan (Octavia dkk, 2008).                                                                             Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah tanaman babadotan (ageratum conyzoides). Babadotan merupakan tanaman semak yang tumbuh secara liar dan sering dianggap sebagai gulma tanaman budidaya. Keuntungan dari penggunaan ekstrak babadotan sebagai pestisida nabati adalah bahwa pestisida ini mudah terurai dialam (bio degradasi) dan tidak meracuni lingkungan serta relatif aman bagi manusia dan ternak ( Widiastuti dan Shinta, 2008).                                     














                                   

BAB 3 PEMBAHASAN
Masalah yang dihadapi petani padi adalah serangan hama yang sulit dikendalikan dan menyebabkan kerusakan pada tanaman yang mengakibatkan kerugian bagi petani. Masalah hama merupakan masalah yang menjadi perhatian utama dalam pertanian. Hama merupakan salah satu kendala dalam usaha meningkatkan dan mempertahankan produksi pangan khususnya beras. Kurang lebih 100 spesies serangan hama menyerang tanaman padi, hanya sekitar 20 spesies yang menyebabkan kerusakan yang berarti. Salah satu hama utama tanaman padi adalah hama wereng coklat dan keong mas.                                                Wereng coklat merupakan hama penting pada tanaman padi di Indonesia. Hama ini mampu membentuk populasi cukup besar dalam waktu singkat dan merusak tanaman pada semua fase pertumbuhan. Kerusakan tanaman disebabkan oleh kegiatan makan dengan menghisap cairan pelepah daun.                                 Untuk mengatasi kendala hama tersebut, petani banyak yang menggunaka pestisida kimia atau sintetis tanpa memikirkan akibat dari penggunaan pestisida tersebut. Dampak negatif dari pestisda kimia antara lin hama menjadi kebal terhadap pestisda yang diberikan secara terus –menerus. Pestisida tidak hanya membunuh organisme yang menyebabkan kerusakan tanaman, namun juga membunuh organisme yang berguna seperti musuh alami hama (predator). Pestida kimia juga mengakibatkan residu. Karena sebagian besar  pestida kimia masuk ke uadara tanah atau air yang dapat membahayakan kehidupan organisme lain dan manusia. Pestisida kimia tidak mudah terurai  dan akan terserap dalam rantai makanan dan membahayakan hewan, manusia dan juga lingkungan.    Penggunaan pestisida nabati merupakan inovasi alternatif dalam mengahadapi hama tanaman yang resisten terhadap penggunaan pestisida kimia, karena pestisida nabati adalah suatu  teknologi pengendalian hama yang ramah lingkungan, tidak menyebabkan residu  kimia dan keracunan bagi pelaku produksi dan juga konsumen. Pestisida nabati merupakn pestida yang terbuat dari tumbuhan salah satunya tumbuhan liar babadotan (ageratum conyzoldes L.).                     Babadotan ( Ageratium conyzoides L.) adalah tumbuha herba setahun yang memiliki sejarah panjang dalam pengobatan tradisional yang digunkan dibeberapa dunia. Tumbuhan ini memiliki zat bioaktif yang dapat digunakan untuk memberantas aktivitas serangga dan cacing atau biasa disebut sebagai pestisida. Babadotan memiliki senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai insektisida dan nematisida. Kandungan senyawa bioaktif yang terkandung dalam babadotan  tersebut adalah saponin, flavanoid, polifenol, kumarine, eugenol 5%, HCN dan minyak astiri.                                                                                               Berikut adalah contoh pengaruh aplikasi pestisida nabati dan kimia pada padi untuk mengatasi hama koeng mas.


 








            Dari data tersebut terlihat bahwa peran saponin yang terdapat dalam babadotan dalam mengurangi kerusakan tanaman akibat hama keong mas sangat berbeda nyata dengan kontrol dan merupakan perlakuan yang terbaik dari perlakuan yang lainnya. Hal ini dikarenakan karena babadotan merupakan tanaman liar yang memilki keunggulan dibandingkan dengan yang lainnya yaitu memiliki senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai insektisida yang mampu mencegah hama mendekati tanaman (penolak) dan menghambat pertumbuhan larva menjadi pupa.                                                                                                             Teknologi penggunaan pestisida babadotan dalam pengendalian hama wereng coklat tanaman padi, jika ditinjau dari segi ekonomi sangat membantu petani karena adanya teknologi ini dapat menekan pengunaan pestisida kimia yang harganya sudah semakin melonjak.                                                                         Berikut adalah data analisis dan benefit cost rasio penggunaan pestisida babadotan dan pestisida kimia pada tanaman padi


 










            Sesuai analisis pendapatan, penggunaan pestisida babadotan lebih menguntungkan Rp 12. 500 dibandingkan menggunakan pestisida sintesis. Sedangkan analisis B/C ratio diperoleh hasil 1,15 artinya setiap pengeluaran Rp 1 menghasilkan Rp 1,15 dan B/C ratio menggunakan pestisida kimia adalah 1,00 artinya setiap pengeluaran Rp 1 menghasilkan Rp 1,00. Ini menandakan penggunaan kedua pestisida layak diterapkan tetapi penggunaan pestisida Babadotan lebih menguntungkan Rp 0,15 atau sebesar 15% dibandingkan menggunakan pestisida kimia.


BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Hama merupakan salah satu kendala dalam usaha meningkatkan dan     mempertahankan produksi pangan khususnya padi.
2. Wereng coklat merupakan hama penting pada tanaman padi di Indonesia. Hama ini mampu membentuk populasi cukup besar dalam waktu singkat dan merusak tanaman pada semua fase pertumbuhan.
3. Penggunaan pestisida nabati merupakan alternatif dalam pengendalian hama salah satunya babadotan yaitu memiliki senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai insektisida dan nematisida.  

4.2 Saran
Dalam pengendalian hama dan penyakit sebaiknya dilakukan dengan dengan cara pengendalian secara hayati. Pengendalian secara hayati terbukti lebih ekonomis dan yang paling penting adalah tidak menimbulkan residu bagi lingkungan.





DAFTAR PUSTAKA
Octavia,dkk. 2008. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan sebagai Pestisida Alami di Savana Bekol Taman Nasional Baluran. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam.V (4) : 355-365.
Widiastuti dan Shinta. 2008. Uji efikasi Ekstrak Daun Babadotan sebagai Insektisida Nabati terhadap Lalat Rumah (Musca domestica) di Laboratorium. Balaba (2) : 7-10.
Taba, dkk. 2007. Evaluasi Penyuluhan dan Analisa Usahatani PEnggunaan Pestisida Nabati Babadotan (ageratum conyzoides) pada Hama Wereng Coklat (Nilaparvarta lugens Stal). Agrisistem 3 (2).
Loekman S. 202. Paradigm Baru Pembangunan Pertanian. Kanisius : Yogyakarta.
Reintjes, C., dkk. 1999. Pertanian Masa Depan. Kanisius : Yogyakarta.
Sutanto, R. 2006. Pertanian Organik. Kanisius : Yogyakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar