Selasa, 04 Desember 2012

LAPORAN STEK


BAB 1.PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dalam bidang pertanian, kita bukan hanya dituntut untuk menjadi petani saja, kita dituntut mampu membawa pertanian masa ini lebih maju lagi dan dapat mengejar ketertinggalan kita dari Negara lain yang pertaniannya begitu maju. Yang diharapkan nantinya kita bisa memanfaatkan tanaman yang ada di sekitar kita agar bisa lebih bermanfaat buat kita yang terkadang juga dapat bernilai ekonomis, menjaga kelestariannya dengan menggunakan teknologi dan cara-cara pengembangbiakan yang relatif cepat.
Ada 3 macam metode perkembangbiakan, yaitu secara generatif, vegetatif dan generatif-vegetatif. Perkembangbiakan generatif adalah perkembangbiakan yang berasal dari biji, dimana biji tersebut berasal dari proses penyerbukan. Perkembangbiakan vegetatif adalah perkembangbiakan yang menggunakan bagian tanaman baik daun, tunas (selain daripada biji). Perkembangbiakan generatif-vegetatif adalah perkembangbiakan dengan menggunakan biji terlebih dahulu, kemudian setelah biji tumbuh disambung dengan tanaman yang memiliki sifat unggul.
Untuk memperoleh bibit yang unggul sebaiknya perbanyakan dilakukan dengan cara pembiakan vegetatif. Hal ini disebabkan pada pembiakan vegetatif akan diperoleh hasil yang yang mewarisi seluruhsifat iduk tanaman, sehingga kinerja genotipe unggul yang terdapat pada pohon induk akan diulangi secara konsisten pada keturunan.
Bermacam-macam cara pembiakan tanaman secara vegetatif diantaranya adalah memperbanyak tanaman dengan cara menyetek. Perbanyakan tanaman ini juga diperoleh tanaman baru yang mempunyai sifat seperti induknya. Antara lain ketahanan terhadap serangan penyakit, rasa buah, warna dan keindahan bunga dan sebagainnya.
Menyetek merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang memperlakukan beberapa bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun dan tunas dengan maksud agar organ-organ tersebut membentuk akar yang selanjutnya menjadi tanaman baru yang sempurna. Menyetek bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang sempurna dengan akar, batang dan daun dalam waktu relative singkat serta memiliki sifat yang serupa dengan induknya, serta dipergunakan untuk mengekalkan klon tanaman unggul dan juga untuk memudahkan serta mempercepat perbanyakan tanaman. Setiap jenis tanaman mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam pembentukan akar meskipun setek dalam kondisi yang sama. 

1.2  Tujuan dan Manfaat
  1. Mengetahui dan mempelajari cara-cara penyetekan.
  2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam penyetekan.
  3. Mengetahui pengaruh komposisi media tanam terhadap keberhasilan pembentukan system perakaran pada stek batang.

BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA

Peranyakan tanaman dengan cara setek merupakan perbanyakan tanaman dengan cara menanam bagian-bagian tertentu dari tanaman. Bagian tertentu itu bisa berupa pucuk tanaman, akar, atu cabang. Proses penyetekan tanaman itu sendiri cukup mudah. Kita tinggal memotong tanaman yang terpilih dengan menggunakan pisau yang tajam untuk menghasilkan potongan permukaan yang halus. Pemotongan stek bagian ujung sebaiknya berada beberapa milliliter dari mata tunas. Sedangkan pemotongan stek bagian pangkal harus meruncing. Ketika membuat potongan meruncing. Hendaknya kita usahakan potongan itu sedikit menyentuh again mata tunas, dengan demikian nantinya stek yang diharapkan akan berhasil ( Aak, 1991 ).
Perbanyakan dengan cara stek adalah perbanyakan tanaman dengan menumbuhkan potongan/bagian tanaman seperti akar, batang atau pucuk sehingga menjadi tanaman baru. Stek pucuk umum dilakukan untuk perbanyakan tanaman buah-buahan. Dengan kata lain setek  atau potongan adalah menumbuhkan bagian atau potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman baru (Yustina, 1994).
1.    Keuntungan bibit dari setek adalah:
·      Tanaman buah-buahan tersebut akan mempunyai sifat yang persis sama dengan induknya, terutama dalam hal bentuk buah, ukuran, warna dan rasanya. Tanaman asal setek ini bisa ditanam pada tempat yang permukaan air tanahnya dangkal, karena tanaman asal setek tidak mempunyai akar tunggang.
·      Perbanyakan tanaman buah dengan setek merupakan cara perbanyakan yang praktis dan mudah dilakukan.
·      Setek dapat dikerjakan dengan cepat, murah, mudah dan tidak memerlukan teknik
·      khusus seperti pada cara cangkok dan okulasi.
2.    Kerugian bibit dari setek adalah:
·      Perakaran dangkal dan tidak ada akar tunggang, saat terjadi angin kencang tanaman menjadi mudah roboh.
·      Apabila musim kemarau panjang, tanaman menjadi tidak tahan kekeringan (Frasiskus, 2006).
Penyetekan adalah suatu perlakuan atau pemotongan beberapa bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun, dan tunas dengan maksud agar organ-organ tersebut membentuk akar yang selanjutnya menjadi tanaman baru yang sempurna dalam waktu yang relative cepat dan sifat-sifatnya serupa dengan induknya. Pembiakan dengan cara stek ini pada umumnya dipergunakan mengekalkan klon tanaman unggul dan juga untuk memudahkan serta mempercepat perbanyakan tanaman (Anonim, 1985).
Hal semacam ini biasanya banyak dilakukan oleh orang perkebunan buah-buahan dan tanaman hias. Alasannya, karena bahan untuk membuat setek ini hanya sedikit, tetapi dapat diperoleh jumlah bibit tanaman dalam jumlah banyak. Tanaman yang dihasilkan dari setek biasanya mempunyai dalam ukur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan sifat-sifat lainnya. Selain itu juga diperoleh tanaman yang sempurna yaitu tanaman yang telah mampunyai akar, batang , dan daun dalam waktu yang relatif singkat. Setek sangat sederhana, tidak memerlukan teknik yang rumit, sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja (Erry, 2006).
Ada beberapa perlakuan untuk mempercepat pertumbuhan akar pada setek antara lain :
1. Pengeratan (girdling) pada batang
Penimbunan karbohidrat pada cabang pohon induk yang akan dijadikan setek dapat dilakukan dengan cara pengeratan kulit kayu sekeliling cabang dibuang secara melingkar. Lebar lingkaran sekitar 2 cm. Jarak dari ujung cabang ke batas keratan kirakira 40 cm. Biarkan cabang yang sudah dikerat selama 2-4 minggu. Pada dasar keratan akan tampak benjolan atau kalus. Pada benjolan inilah terjadi penumpukan karbohidrat yang berfungsi sebagai sumber tenaga pada saat pembentukan akar dan hormon auksin yang dibuat di daun. Setelah terlihat benjolan barulah cabang bisa dipotong dari induknya. Bagian pangkal cabang sepanjang 20 cm bisa dijadikan sebagai setek.
2. Penggunaan hormon tumbuh
Hormon auksin bertindak sebagai pendorong awal proses inisiasi atau terjadinya akar. Sesungguhnya tanaman sendiri menghasilkan hormon, yaitu auksin endogen.Akan tetapi banyaknya auksin yang dihasilkan belum cukup memadai untuk mendorong pembentukan akar.Tambahan auksin dari luar diperlukan untuk memacu perakaran setek.
3. Persemaian setek
Setek yang sudah diberi perlakuan hormon penumbuh akar siap untuk disemaikan. Untuk itu kita perlu menyediakan tempat yang kondisinya sesuai. Usaha untuk menumbuhkan setek perlu dilakukan pada lingkungan yang mempunyai cahaya baur atau terpencar (diffuse light). Kelembaban udara sebaiknya tinggi, sekitar 70-90%, Suhu mendekati suhu kamar, 25-27oC. Selain itu dalam pembentukan akar setek diperlukan juga oksigen yang cukup. Oleh karena itu media yang digunakan harus cukup gembur, sehingga aerasinya baik (www.agroforestry.com).

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu
            Praktikum Pembiakan Vegetatif dengan Cara Setek (Cuttage) dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 22 Maret 2010 pukul 14.00 WIB, di Laboratorium Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember

3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Tanaman Lidah Mertua (Sansivera)
2. Pupuk Kompos 3 Kg
3. Pasir 3 Kg
4. Arang sekam 3 Kg
5. Polibag 15x20 cm 20 buah

3.2.2 Alat
1. Cutter 3 buah
2. Timba
3. Botol semprot (hand sprayer)

3.3 Metode Pelaksanaan
3.3.1 Pelaksanaan Praktikum
1.    Menyiapkan bahan media tanam dan alat yang diperlukan.
2.    Membuat perlakuan media tanam menjadi beberapa komposisi sebagai berikut:
a.    Mencampur pasir, kompos, arang sekam perbandingan 3 : 1 : 1
b.    Mencampur pasir, kompos, arang sekam perbandingan 1 : 3 : 1
c.    Mencampur pasir, kompos, arang sekam perbandingan 1 : 1 : 3
3.    Memasukkan media tanam ke dalam polibag dengan volume 2/3 bagian dari dasar polibag.
4.    Memilih bahan setek dengan memotong bagian batang tanaman Lidah Mertua (Sansivera) yang agak muda miring 45° ukuran ± 10 cm.
5.    Menjaga kelembapan tanah dengan melakukan penyiraman menggunakan hand sprayer.

3.3.2 Teknik Perolehan Data dan Evaluasi
1.    Parameter yang diamati meliputi letak akar, jumlah akar dan pertumbuhan akar yakni, panjang akar diukur mulai pangkal aar sampai bagian ujung.
2.    Pengamatan setelah 4 minggu keluarya akar cangkokan.
3.    Analisa hasil percobaan dilakukan dengan membedakan niai tertinggi atau terendah dari masing-masing parameter perlakuan dalam bentuk grafik yang terdiri dari rata-rata beberapa (n) ulangan.
4.    Bandingkan hasil masing-masing kombinasi perlakuan, dan berikan kesimpulan saudara hasil setek yang terbaik.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
            Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut :
Perlakuan
Ulangan
Parameter Pengamatan
Jumlah Akar
Panjang Akar (cm)
Ujung
Tengah
Pangkal
Ujung
Tengah
Pangkal
Pasir, Kompos, dan Arang Sekam
3:1:1
1
26
22
-
2,5
10,5
-
2
5
26
50
2,2
4,2
4,32
3
37
42
-
12
3,3
-
4
4
13
7
3,1
4,1
3,25
5
2
1
24
2,6
2
2,9
6
6
3
-
2,1
3
-
13,3
17,8
27
12
2,5
1,74
1:3:1
1
8
9
-
10,5
9,8
-
2
-
23
1
-
4,32
1
3
8
20
8
1,9
4,1
3,9
4
3
-
10
1,2
-
2,48
5
26
58
-
3,58
-
-
6
13
-
18
3,58
-
-
11,6
27,5
9,25
3,46
3,03
1,23
1:1:3
1
4
35
1
3,3
16,5
4
2
5
34
-
4,325
4,52
-
3
5
45
10
2,7
2,84
-
4
28
9
-
-
3,6
1,62
5
24
48
43
2
2,7
4,6
6
17
-
-
2,2

-
13,8
34,2
18
2,16
5,02
4

Tabel 1. Jumlah Akar
Tabel 2. Panjang akar

4.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah akar dan panjang akar terbanyak terdapat pada bagian tengah tanaman yaitu perbandingan banyak media 1 : 3 : 1. Media – media yang digunakan untuk perkembangbiakan stek ni antara lain pasir, kompos, dan arang sekam. Dalam percobaan, media yang paling baik digunakan adalah media yang mengandung campuran kompos lebih banyak yaitu perbandingan 1 : 3 : 1 (1 pasir : 3 kompos : 1 arang sekam). Hal itu disebabkan karena karena pada bagian tengah memiliki C/n yang ideal sehingga memberikan respon yang terbaik. C/n merupakan rasio yang tinggi menunjukkan kandungan karbohidrat yang diperlukan pada awal pertumbuhan akar serta  media kompos mengandung banyak bahan organik yang berasal dari daun – daun yang membusuk sehingga sangat baik untuk pertumbuhan bahan stek. Sedangkan pada media yang mengandung pasir atau arang sekam lebih banyak dibandingkan kompos hanya menghasilkan jumlah akar dan panjang akar lebih sedikit.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek :
Terbentuknya akar pada stek merupakan indikasi keberhasilan dari stek. Adapun hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek adalah faktor lingkungan dan faktor dari dalam tanaman.
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek yaitu: media perakaran, suhu, kelembaban, dan cahaya. Media perakaran berfungsi sebagai pendukung stek selama pembentukan akar, memberi kelembaban pada stek, dan memudahkan penetrasi udara pada pangkal stek. Media perakaran yang baik menurut Hartman (1983) adalah yang dapat memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik, serta bebas dari patogen yang dapat merusak stek. Media perakaran stek yang biasa dipergunakan adalah tanah, pasir, campuran gambut dan pasir, perlite dan Vermikulit. Suhu perakaran optimal untuk perakaran stek berkisar antara 21oC sampai 27oC pada pagi dan siang hari dan 15oC pada malam hari. Suhu yang terlampau tinggi dapat mendorong perkembangan tunas melampaui perkembangan perakaran dan meningkatkan laju transpirasi.
2. Faktor Dari Dalam Tanaman
Kondisi fisiologis tanamn mempengaruhi penyetekan adalah umur bahan stek, jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek, persediaan bahan makanan, dan zat pengatur tumbuh.
a. Umur Bahan Stek
Stek yang berasal dari tanaman muda akan lebih mudah berakar dari pada yang berasal dari tanaman tua, hal ini disebabkan apabila umur tanaman semakin tua maka terjadi peningkatan produksi zat-zat penghambat perakaran dan penurunan senyawa fenolik yang berperan sebagai auksin kofaktor yang mendukung inisiasi akar pada stek.
b. Jenis Tanaman
Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek. Keberhasilan dengan cara stek bergantung pada kesanggupan jenis tersebut untuk berakar. Ada jenis yang mudah berakar dan ada yang sulit. Kandungan lignin yang tinggi dan kehadiran cincin sklerenkim yang kontinyu merupakan penghambat anatomi pada jenis-jenis sulit berakar, dengan cara menghalangi tempat munculnya adventif.
c. Adanya Tunas dan Daun Pada Stek
Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila seluruh tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas berfungsi sebagai auksin. Selain itu, tunas menghasilkan suatu zat berupa auksin yang berperan dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin.
d. Persediaan Bahan Makanan
Persediaan bahan makanan sering dinyatakan dengan perbandingan antara persediaan karbohidrat dan nitrogen (C/N ratio). Ratio C/N yang tinggi sangat diperlukan untuk pembentukan akar stek yang diambil dari tanaman dengan C/N ratio yang tinggi akan berakar lebih cepat dan banyak dari pada tanaman dengan C/N ratio rendah.
e. Zat pengatur Tumbuh
Hormon berasal dari bahasa Yunani yang artinya menggiatkan. Hormon pada tanaman menurut batasan adalah zat yang hanya dihasilkan oleh tanaman itu sendiri yang disebut fitohormon dan zat kimia sintetik yang dibuat oleh ahli kimia. Hormon tanaman (fitohormon) adalah “regulators” yang dihasilkan oleh tanaman sendiri dan pada kadar rendah mengatur proses fisiologis tanaman. Hormon biasanya mengalir di dalam tanaman dari tempat dihasilkannya ke tempat keaktifannya. Salah satu hormon tumbuh yang tidak lepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah auksin. Dalam hubungan antara pertumbuhan dan kadar auksin adalah sama pada akar, batang dan tunas yaitu auksin merangsang pertumbuhan pada kadar rendah, sebaliknya menghambat pertumbuhan pada kadar tinggi. Kadar optimum hormon untuk pertumbuhan akar jauh lebih rendah kira-kira 1.100.000 dari kadar optimum untuk pertumbuhan batang. Zat pengatur tumbuh Rootone-F termasuk dalam kelompok auksin. Secara teknis Rootone-F sangat aktif mempercepat dan memperbanyak keluarnya akar sehingga penyerapan air dan unsur hara tanaman akan banyak dan dapat mengimbangi penguapan air pada bagian tanaman yang berada di atas tanah dan secara ekonomis penggunaan Rootone-F dapat menghemat tenaga, waktu, dan biaya. Cara pemberian hormon pada stek batang dapat dilakukan dengan cara pemberian dengan perendaman, pencelupan dan tepung. Untuk metode perendaman, konsentrasi zat pengatur tumbuh bervariasi antara 20 ppm sampai 200 ppm tergantung kemampuan jenis tersebut berakar. Dalam mengaplikasikan hormon perlu diperhatikan ketepatan dosis, karena jikalau dosis terlampau tinggi bukannya memacu pertumbuhan tanaman tetapi malah menghambat pertumbuhan tanaman dan menyebabkan keracunan pada seluruh jaringan tanaman.
Selain itu Rooton F merupakan salah satu contoh hormon tumbuh yang mengandung indole 3 – butyric acid termasuk dalam contoh auksin. Menurut Rismunandar (dalam Erviyanti) rotoon f merupakan hormon tumbuh sintetis yang lajim digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar dalam penyetekan. Rooton f mengandung Naftalenasetamida (0,067 %), Metil – 1 Neftalenasetamida (0,013 %), Metil – 1 Neftalen Asetat (0,033 %), Indole 3 – Butirat (0,057 %) dan Fungisida tiram (4%). Fungsi rooton f dalam tanaman adalah untuk merangsang meningkatnya dan terbentuknya dan meningkatkan aktifitas dari hormon tumbuh-tumbuhan, jadi bukan inhibitor yang dapat menyebabkan kekerdilan pada tanaman. Rooton f juga berguna merangsang dan meningkatkan pertumbuhan tanaman mulai dari perkembangan sel, pertumbuhan bibit, akar, tunas, batang, dan bunga sampai menjadi buah. Zat perangsang tumbuh ini juga tersedia dalam bentuk tepung berwarna putih dengan konsentrasi anjuran 5 gr / 10 liter air. Dan pada tanaman sansivieria sendiri penanaman yang baik adalah penanaman dengan cara miring karena permukaannya lebih luas dan pertumbuhan akarnya lebih mudah.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpilan
1. Dalam perbanyakan secara stek, ada beberapa macam cara penyetekan ada stek batang dengan bahan awal perbanyakan berupa batang tanaman. Ada juga stek daun dengan bahan awal perbanyakan yang dapat digunakan pada stek daun dapat berupa lembaran daun atau lembaran daun beserta petiol. Bahan awal pada stek daun tidak akan menjadi bagian dari tanaman baru. Dan terakhir ada juga stek umbi Pada stek umbi, bahan awal untuk perbanyakan berupa umbi, yaitu: umbi batang, umbi kakr, umbi sisik, dan lain-lain. Senagai bahan perbanyakan, umbi dapat digunakan utuh atau dipotong-potong dengan syarat setiap potongannya mengadung calon tunas.
2. Media yang digunakan pada praktikum kali ini meliputi sekam bakar, kompos dan pasir yang mengalami perlakuan tertentu, namun hasil stek pada media campuran pasir, kompos dan arang sekam dengan perbandingan 1:3:1 adalah yang menghasilkan akar paling banyak, dikarenakan pada kompos bisa memperbaiki kondisi tanah dan kompos juga telah mengalami pelapukan yang sempurna

5.2 Saran
Diharapkan kepada semua praktikan untuk lebih serius dalam menjalani praktikum agar tujuan dari praktikum ini dapat terlaksana dengan baik dan praktikan dapat mengetahui dan memahami prosedur kerja sehingga dapat memuat laporan dengan baik dan benar.







DAFTAR PUSTAKA

Wudiyanto, Nanda. 1988. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Jakarta : Penebar Swadayana.
Hariyanto, bambang. 1992. Jenis, Perbanyakan, dan Perawatan Tanaman. Bogor: PT Penebar Swadayana.
Frasiskus, harum. 2006. Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan  Vegetatif Tanaman Buah. Bogor : World Agroforestry Centre (ICRAF) & Winrock International.
Nugroho H. 1992. Perbanyakan, dan Perawatan Tanaman. Bogor : PT Gramedia.
Deaman, M. 1986. Mencangkon, Menyetek, dan Mengokulasi Tanaman. Jakarta : Bhratara Karya Aksara.
Wudianto, Rini. 1988. Membuat Cangkok, Stek, dan Okolasi. Jakarta : Penebar Swadaya.
Http://www.worldagroforestrycentre.org/sea.

6 komentar: