Selasa, 04 Desember 2012

LAPORAN HAMA PENYAKIT (ISOLASI)


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Isolasi adalah suatu cara untuk memisahkan organisme tersebut dari lingkungannya atau habitatnya dan menumbuhkan sebagai biakan murni dalam medium buatan. Mengisolasi mikrobia adalah memisahkan mikrobia dengan lingkungan atau substratnya dan menumbuhkan kembali pada medium buatan. Untuk penanaman mikrobia yang harus diperhatikan adalah faktor nutrisi serta kebutuhan akan oksigen, karena ada mikrobia yang membutuhkan oksigen (aerob) dan ada mikrobia yang tidak butuh oksigen( anaerob).  Sedangkan isolasi bakteri ada 2 macam, yaitu dengan cara goresan dan cara taburan.
            sterilisasi adalah segala bentuk usaha untuk membebaskan alat-alat dan bahan dari semua bentuk kehidupan , terutama mkrobia. Di dalam proses isolasi sterilisai mutlak dibutuhkan, karena untuk  mengisolasi suatu mikrobia alat-alat dan bahan harus steril jika ingin mendapatkan biakan murni sesuai yang kita inginkan.
Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari mikroorganisme. Objek kajiannya biasanya adalah semua makhluk (hidup) yang perlu dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungi, alga mikroskopik, protozoa, dan Archaea. Virus sering juga dimasukkan walaupun sebenarnya tidak sepenuhnya dapat dianggap sebagai makhluk hidup.
Mikrobiologi dimulai sejak ditemukannya mikroskop dan menjadi bidang yang sangat penting dalam biologi setelah Louis Pasteur dapat menjelaskan proses fermentasi anggur (wine) dan membuat serum rabies. Perkembangan biologi yang pesat pada abad ke-19 terutama dialami pada bidang ini dan memberikan landasan bagi terbukanya bidang penting lain: biokimia. Penerapan mikrobiologi pada masa kini masuk berbagai bidang dan tidak dapat dipisahkan dari cabang lain karena diperlukan juga dalam bidang farmasi, kedokteran, pertanian, ilmu gizi, teknik kimia, bahkan hingga astrobiologi dan arkeologi.
Pencarian isolat-isolat yang dapat digunakan dalam industri seperti isolat yang mampu menghasilkan enzim-enzim komersial perlu diupayakan. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengeksplorasi kapasitas metabolisme adalah dengan cara mempelajari gen yang menyandi enzim yang terlibat dalam proses-proses kimiawi khusus.Banyak organisme seperti bakteri, jamur, tumbuhan tingkat tinggi, dan hewan menghasilkan kitinase yang mengkonversi kitin menjadi monomer atau oligomernya. Organisme ini biasanya memiliki beragam gen kitinase yang ekspresinya diinduksi oleh ekstraseluler kitin atau derivatnya. Bakteri memanfaatkan kitinase untuk asimilasi kitin sebagai sumber karbon dan nitrogen. Pada tumbuhan, enzim ini digunakan sebagai pertahanan melawan serangan organisme patogen yang mengandung kitin. Jamur dan serangga menggunakan enzim ini untuk morfogenesis dinding sel dan pembangun ekoskeleton. Mengingat jumlah kitin yang melimpah di alam sebagai komponen penyusun dari berbagai organisme, kitin diproduksi secara komersil secara terus menerus .Dengan demikian kitin merupakan substrat yang selalu tersedia sehingga sebagian mikroba tanah dan air merupakan pendegradasi kitin yang baik

1.1  Tujuan
Untuk mengetahui cara mendapatkan jamur dan bakteri dari dalam tanah.














BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil. Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat makanan yang sudah jadi yang dibuat atau dihasilkan oleh organisme lain untuk kebutuhan hidupnya. Sifat ketergantungan terhadap organisme lain menyebabkan jamur digolongkan sebagai tumbuhan heterotrofik . Sebagai tumbuhan heterotrofik, jamur membutuhkan sumber makanan sebagai substrat, sumber energi, aktivitas metabolisme, dan nutrisi. Energi dapat diperoleh dari oksidasi senyawa karbon, metabolisme untuk mensintesis senyawa-senyawa yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan hifa jamur, dan sumber nutrisi yang dibutuhkan seperti vitamin, CO2, dan nitrogen. Suhu merupakan faktor utama dalam pertumbuhan jamur.(Arif,Astuti,dkk,2007).
Jasad renik atau mikroorganisme merupakan salah satu faktor yang banyak menimbulkan kerusakan pada kayu, yang bervariasi tergantung pada sifat-sifat kayu.Mikroorganisme  dapat dibedakan dalam empat golongan berdasarkan sifat perkembangan dan tipe kerusakan yang ditimbulkan, yaitu jamur perusak kayu, jamur pewarna kayu, dan bakteri penyerang kayu. Untuk mempertahankan hidupnya, mikroorganisme tersebut memanfaatkan polimer kayu dan zat lain dalam kayu sebagai nutrisi dengan cara dirombak menjadi senyawa sederhana. Identifikasi dilakukan dengan mengamati ciri makroskopis dan mikroskopis jamur. Ciri makroskopis yang diamati adalah warna jamur, koloni jamur dan bentuk tubuh buah jamur.Pengamatan ciri mikroskopis mencakup hifa, spora, sporangium, konidia dan konidiofor dan ciri khusus yang akan menentukan jenis jamur tersebut. Mendokumentasikan sampel dengan menggunakan mikroskop berkamera (Pelczar dan E. C. S. Chan, 1986).
Orang pertama yang melihat bakteri adalah Antoni van Leeuwenhoek (1632-1723), seorang pembuat mikroskop amatir berkebangsaan Belanda. Pada tahun 1684, van Leeuwenhoek menggunakan mikroskop yang sangat kecil hasil karyanya sendiri untuk mengamati berbagai mikroorganisme dalam bahan alam. Mikroskop yang digunakan Leeuwenhoek kala itu berupa kaca pembesar tunggal berbentuk bikonveks dengan spesimen yang diletakkan di antara sudut apertura kecil pada penahan logam. Alat itu dipegang dekat dengan mata dan objek yang ada di sisi lain lensa disesuaikan untuk mendapatkan fokus. Dengan alat itulah, Leewenhoek mendapatkan kontras yang sesuai antara bakteri yang mengambang dengan latar belakang sehingga dapat dilihat dan dibedakan dengan jelas]. Beliau menemukan bakteri di tahun 1676 saat mempelajari infusi lada dan air (pepper-water infusion). Van Leeuwenhoek melaporkan temuannya itu lewat surat pada Royal Society of London, yang dipublikasikan dalam bahasa Inggris pada tahun 1684. Ilustrasi van Leewenhoek tentang mikroorganisme temuannya dikenal dengan nama "wee animalcules" (Pelczar dan E. C. S. Chan, 1986).
Setiap jamur yang tumbuh diinokulasikan pada media PDA menggunakan ose, kemudian diinkubasi selama 3x24 jam pada suhu kamar. Setiap jamur yang tumbuh diinokulasikan kembali dengan cara memindahkan pada media PDA yang mengandung inulin 1% pH 5,0. Koloni dan miselium yang telah terpisah diamati bentuk dan ukuranya secara makroskopis dan mikroskopis serta dilakukan foto mikroskop.Biakan murni ini sebagai isolat dipindahkan ke agar miring (PDA ditambahkan dengan 1% inulin) dengan pH 5,0 untuk disimpan dan dipelihara sebagai kultur stok. Semua biakan murni yang didapat di tentukan genus atau spesiesnya berdasarkan bentuk dan ukuran koloninya.(Saryono,dkk,2002).
 (Vandamme & Derycke 1983).Bertahun-tahun setelahnya, banyak observasi lain yang menegaskan hasil pengamatan van Leeuwenhoek, namun peningkatan tentang pemahaman sifat dan keuntungan mikroorganisme berjalan sangat lambat sampai 150 tahun berikutnya.]Baru di abad ke 19, yaitu setelah produksi mikroskop meningkat pesat, barulah keingintahuan manusia akan mikroorganisme mulai berkembang lagi. Louis Pasteur dikenal luas karena teori Generatio Spontanea, organisme hidup berasal dari organisme hidup juga. Percobaan Pasteur menggunakan kaldu yang disterilkan dan labu leher angsa membuktikan tentang adanya mikroorganisme. Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi bakteri, fungi, dan khamir dengan menggunakan metode gores, metode tuang, metode sebar, metode pengenceran serta micromanipulator. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah tekhnik cawan tuang dan cawan gores. Kedua metode ini didasarkan pada prinsip yang sama yaitu mengencerkan organisme sedemikian rupa sehingga individu spesies individu spesies dapat dipisahkan dari lainnya.Mikroorganisme dibiakkan di laboratorium pada medium yang terdiri dari bahan nutrient. Biasanya pemilihan medium yang dipakai bergantung kepada banyak faktor seperti seperti apa jenis mikroorganisme yang akan ditumbuhkan (Suriawiria, Unus, 1986).
























BAB 3. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknik Media Tanam aspek HPT dengan acara Isolasi Jamur dan Bakteri dari Dalam Tanah dilaksanakan pada hari Jumat 20 April 2012 di Laboratorium Penyakit Tanaman, Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Jember . pada pukul 07.00 WIB-Selesai.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Petridis
2. Tabung reaksi
3. Pipet
4. Vortex
5. LAM (Laminary Air Flow)
6. Lampu Bunsen
7. Colony counter
8. Neraca
9. Erlenmeyer
10. Kertas pembungkus
11. Kertas label

3.2.2 Bahan
1. Sampel tanah sesuai kelompok, seperti KNO, SNO, BNO, dan Tebu
2. Air steril
3. Medium PDA
4. Medium NA
5. Alkohol 95%

3.3 Cara Kerja
1. Menimbang 1 gram sampel tanah kemudian memasukkan ke dalam erlenmeyer berisi 100 ml air steril lalu menggojog sampai suspensi homogen.
2. Mendiamkan selama beberapa saat kemudian mengambil 1 ml bagian yang jernih dan memasukkannya ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 ml air steril.
3. Melakukan vortex secukupnya.
4. Mengisolasi jamur : mengambil 1 ml suspensi dan menuangkannya ke dalam petridish steril yang telah berisi tiga tetes asam asetat. Selanjutnya menuang medium PDA cair ke dalam petridish. Menggoyang-goyangkan petridish agar suspensi dan media tercampur  rata.
5. Mengisolasi bakteri : mengambil 1 ml suspensi dan menuangkannya ke dalam petridish steril. Selanjutnya menuangkan medium NA cair ke dalam petridish.Menggoyang-goyangkan petridish agar suspensi dan media tercampur rata.
6. Membungkus petridish dengan kertas pembungkus yang telah disediakan dengan posisi petridish terbalik.
7. Petridish yang sudah dibungkus tadi dimasukkan ke dalam lemari inkubasi.
8. Melakukan pengamatan dan perhitungan jumlah koloni dengan colohy counter.












BAB.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Kelompok
Media
perlakuan
Hari ke
1
2
3
4
1
KNO
Jamur
-
0
-
0
Bakteri
369
699
786
846
2
SNO
Jamur
-
150
-
210
Bakteri
1041
1603
1708
1809
3
BNO
Jamur
-
4
-
38
Bakteri
906
913
1018
1088
4
Tanah Pisang
Jamur
-
100
-
121
bakteri
505
540
585
700

4.2 PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah di dapat pada golongan hari jum’at, dapat diketahui bahwa bakteri ditemukan paling banyak yaitu pada tanah SNO dengan jumlah jamur 210 dan bakteri 1809, hal ini disebabkan karena pada tanah SNO tersebut mengandung campuran antara tanah top soil dengan sekam dan bahan organik, sehingga ditemukan bakteri yang sangat banyak, pada bahan organik sendiri terdiri dari berjuta – juta mikroorganisme, dimana mikroorganisme tersebut berfungsi sebagai dekomposer. Kemudian pada tanah top soil juga demikian, pada tanah tersebut dengan kedalaman yang cukup dalam maka akan ditemukan banyak sekali mikroorganisme, namun berbeda dengan tanah yang lain, pada sekam terdapat lebih banyak mikroorganisme dan bakteri, hal ini dikarenakan sekam pada campuran tersebut telah mengalami pelapukan yang cukup lama dan sekam itu sendiri berasal dari tanaman padi yang sudah di panen, sehingga mikroorganisme yang ditemukan lebih banyak dibandingkan dengan yang lainnya.
            Bakteri dapat mengubah dirinya dari bentuk vegetatif menjadi spora apabila dalam keadaan memburuk. Pada bentuk spora kegiatan bakteri akan berhenti, tidak bermetabolisme ataupun bereproduksi (dorman). Dalam bentuk ini bakteri sangat resisten dan bisa tahan hidup dalamwaktu lama meskipun dalam keadaan lingkungan yang kurang baik karena panas, kekurangannutrien, radiasi, ultraviolet, atau adanya zat kimia toksik. Bakteri yang kita amati pada praktikum ini hanya perlu waktu 24 jam untuk mengamatinya agar praktikan dapat menghitung jumlah bakteri tersebut dengan menggunakan colony counter, apabila penghitungan jamur melewati batas 24 jam maka bakteri akan cepat berkembang dan susah untuk dihitung serta diamati.
            Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan suatu jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Pada percobaan penghitungan populasi jamur tanah dengan metode plat pengenceran. Untuk mengisolasi jamur tanah pengenceran yang digunakan adalah pengenceran 10-4 dan 10-5. Pengenceran ini dimaksudkan untuk agar partikel-partikel tanah tidak ikut. Pada penentuan populasi jamur tanah media agar yang digunakan adalah PDA yang telah diberi antibiotik. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, karena dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Media yang digunakan dalam isolasi ini harus sesuai dengan mikroorganisme yang akan kita ketahui populasinya. Karena kalau tidak sesuai agarnya maka mikroorganisme tidak akan tumbuh. Jika sel-sel tersebut tertangkap oleh media padat pada beberapa tepat yang terpisah, maka setiap sel atau kumpulan sel yang hidup akan berkembang menjadi suatu koloni yang terpisah.
            Apabila digunakan media cair, sel-sel mikroba sulit dipisahkan secara individu karena terlalu kecil dan tidak tetap tinggal di tempatnya. Akan tetapi bila sel-sel tersebut di pisahkan dengan cara pengenceran, kemudian di tumbuhkan dalam media padat dan di biarkan membentuk koloni, maka sel-sel tersebut selanjutnya dapat diisolasi dalam tabung-tabung reaksi atau cawan petri yang terpisah.
            Fungi (jamur adalah sel mikroskopis yang tumbuh memanjang seperti benang yang dikenal dengan hypa. Diameter hypa hanya beberapa µm, tetapi dapat tumbuh memanjang hingga mencapai beberapa meter. Beberapa fungi hanya bersel satu seperti ragi. Hypa yang tumbuh membentuk masa disebut mycelium atau tebal menyerupai kawat dan disebut sebagai rhizomorphs yang tampak seperti akar.Pada isolasi jamur dengan metode pengenceran ini dilakukan pengamatan sebanyak 3 kali yaitu setelah 48 jam, 72 jam dan 96 jam. Hal ini dikarenakan pada jamur masih membutuhkan proses yang cukup lama untuk menjadi jamur dan memiliki hifa, sehingga pada pengamatan 48 jam masih terhitung banyak koloni yang telah terhitung seperti yang ada pada hasil, namun secra kesuluruhan data golongan, semakin lama lama yaitu pada pengamatan ke 72 jam dan 96 jam jika di rta – rata hasil yang diamati jumlah koloni jamur semakin berkurang, hal ini dikarenakan semakin lama waktu yang digunakan untuk mengamati maka jamur tersebut akan berkembang tau berdefernsiasi dan memebentuk atau menggorombol menjadi satu dan membentuik hifa, sehingga ketika diamati koloni – koloni tersebut menjadi semakin sedikit. Perubahan – perubahan ini dikarenakan jamur mulai berkembang biak dan memebutuhkan proses yang lebih lama dibandingkan dengan bakteri.
 Praktikum isolasi ini, kami belum mengetahui jamur tersebut termasuk atau tergolong pada golongan jamur apa , karena kami belum mengamati secara pasti dan jelas. Pada jenis tanah yang diambil diambil yaitu pada tanah SNO, BNO, KNO dan tanah tebu ditemukan koloni jamur yang paling banyak yaitu pada hasil terkahir (96 jam) adalah SNO yaitu tanah top soil engna campuran bahan organik, hal ini dikarenakan pada tanah top soil tersebut banyak terdapat mikroorganisme yang mungkin akan membentuk jamur baik yang memiliki peran atau damapak baik bagi tanah atau dampak buruk, bahkan ada beberapa jamur yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, pada tanah SNO ini tanah yang dicampur masih murni dari tanah sendiri dan dari bahan organik yang hanya mengandung unsur – unsur tertentu dan mikroorganisme.
Jumlah jamur dapat mendominasi didalam tanah dibandingkan dengan mikroorganisme yang lain. Disebabkan jamur mempunyai ukuran yang relatif besar. Namun, pada media yang digunakan dalam praktikum jamur tidak dapat tumbuh dengan optimum. Hal ini dapat disebabkan karena antibiotik untuk mencegah adanya mikroorganisme lain tumbuh pada media tidak bekerja secara mksimal sehingga ada bakteri dan mikroorganisme lain yang tumbuh pada media PDA ini. Sehingga pertumbuhan jamur pun terhambat. Dari hasil penuangan suspensi tanah kedalam petridish didapat koloni jamur, dimana terdapat koloni yang berukuran kecil yang terpecah-pecah. Didalam koloni tersebut terdapat warna putih yang menunjukan jamur yang mempunyai hifa.
            Dalam hal ini ammonium teroksidasi membentuk nitrat dan ion nitrogen yang mengakibatkan penurunana pH tanah. Faktor lingkungan seperti pH tanah, pupuk anorganik, kandungan bahan organic, dan kelembaban tanah merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan fungi. Fungi terdapat pada semua jenis tanah yang bereaksi masam. Meski demikian, ada juga fungi yang berada pada tanah netral atau tanah alkalis. Pemberian pupuk anorganik dapat merubah populasi fungi di dalam tanah, contohnya adalah pemupukan dengan garam ammonium.










BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Isolasi adalah cara untuk mendapatkan biakan murni.
2.      Sterilisasi mutlak dibutuhkan pada saat isolasi.
3.      Untuk mengetahui mikrobiologi dan perkembangannya dapat dilakukun dengan menggunakan media yang telah di tentukan dan diamati secara teliti sehingga memperoleh data yang sesuai.
4.      Perkembangan bakteri jeruk dapat diteliti dengan metode isolasi  pour plate dan streak plate.
5.      Sedangkan perkembangan jamur tempe dapat diteliti dengan metode Isolasi jamur tempe .

5.2 Saran
Sebaiknya praktikan sangat berhati-hati dalam melakukan teknik isolasi dam pemurnian agar tidak terjadi kontaminasi. Selain itu, para praktikan diharapkan memakai masker untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi.









DAFTAR PUSTAKA

Arif et al, 2007. Isolasi dan Identifikasi Jamur Kayu dari Hutan Pedidikan dan Latihan Tabo – Tabo Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangep. Jurnal Perennial, 3(2) : 49-54

Pelczar dan E. C. S. Chan.1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.

Saryono,dkk.2002.Isolasi dan Karakterisasi Jamur Penghasil Inulinase Yang Tumbuh Pada Umbi Dahlia. Jurnal Natur Indonesia, 4(2):171-177.
Suriawiria, Unus. 1986. Buku Materi Pokok Mikrobiologi modul 1-9. Jakarta: Karunika.
Zubaidah, Elok. 2006. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Brawijaya.




















Description: images.jpg



LAPORAN
ISOLASI JAMUR DAN BAKTERI












Oleh :
Deni setyawan
 111510501088
Jum’at/ 3


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar