Selasa, 04 Desember 2012

Laporan Produksi tanaman kedelai


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tanaman kedelai merupakan salah satu tanaman semusim. Penanaman kedelai biasanya dilakukan pada akhir musim penghujan, setelah panen padi. Kedelai di Indonesia biasanya dibudidayakan di lahan sawah maupun lahan kering (ladang). Pengerjaan tanah biasanya minimal. Biji dimasukkan langsung pada lubang-lubang yang dibuat. Biasanya berjarak 20-30cm. Pemupukan dasar nitrogen dan fosfat diperlukan, namun setelah tanaman tumbuh penambahan nitrogen tidak memberikan keuntungan apa pun. Budidaya kedelai pada tingkat petani di Indonesia, belum diusahakan pada suatu wilayah atau daerah yang memang dalam pewilayahannya diperuntukkan sebagai areal utama pertanaman kedelai, melainkan diusahakan dengan komoditas lain pada suatu pola tanam dimana kedelai sebagai komoditas tambahan. Kondisinya sangat berbeda dengan yang ada di negara penghasil kedelai dunia, seperti Amerika, disini kedelai di produksi di wilayah yang memang peruntukan utamanya bagi pengembangan kedelai, sehingga dipilih wilayah yang tanah dan iklimnya sangat sesuai untuk kedelai. .
Pada proses pertumbuhannya kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan system pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga. Lahan yang belum pernah ditanami kedelai dianjurkan diberi "starter" bakteri pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicum untuk membantu pertumbuhan tanaman. Penugalan tanah dilakukan pada saat tanaman remaja (fase vegetatif awal), sekaligus sebagai pembersihan dari gulma dan tahap pemupukan fosfat kedua. Menjelang berbunga pemupukan kalium dianjurkan walaupun banyak petani yang mengabaikan untuk menghemat biayaSementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga. Varietas memegang peranan penting dalam perkembangan penanaman kedelai karena untuk mencapai produktivitas yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi daya hasil dari varietas unggul yang ditanam. Potensi hasil biji di lapangan masih dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetic varietas dengan pengelolaan kondisi lingkungan tumbuh.
Agar pada penanaman kedelai memperoleh hasil yang optimal teknik yang perlu diperhatikan dalam bercocok tanam kedelai diantaranya adalah pengolahan tanah, penyediaan benih, penanaman, dan pemupukan. Pengolahan tanah ditujukan untuk memperoleh 

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan menghitung produktivitas tanaman kedelai.
2. Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman jagung dan kedelai yang baik sesuai dengan kondisi tanah.


















BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Luas lahan penanaman kedelai pada tahun 1999 adalah 1,15 juta ha, tahun 2000 menurun menjadi 0,82 juta ha, tahun 2001 seluas 0,68 juta ha, dan terus menurun menjadi 0,62 juta ha pada tahun 2002. Seiring dengan penurunan luas lahan penanaman kedelai, produksi kedelai juga ikut menurun. Tahun 1999 produksinya sebanyak 1,38 juta ton, tahun 2000 sebanyak 1,02 juta ton, tahun 2001 sebanyak 0,83 juta ton, dan 0,74 juta ton pada tahun 2002. Meskipun demikian terjadi peningkatan produktivitas kedelai, pada tahun 1999 produktivitas kedelai adalah 11,92 ku/ha, tahun 2000 adalah 12,01 ku/ha, 12,34 ku/ha pada tahun 2001, dan 12,18 ku/ha pada tahun 2002. Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi kedelai adalah dengan pemupukan dan pengendalian hama kedelai. Sebagai tanaman semusim, kedelai menyerap N, P, dan K dalam jumlah relatif besar. Untuk mendapatkan tingkat hasil kedelai yang tinggi diperlukan hara mineral dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman, selain pemberian pupuk anorganik juga diperlukan tambahan pupuk organik (Kastono, D, 2005).
Berdasarkan hasil survey pertanian produksi tanaman padi dan palawija di Indonesia (BPS, 1991) terdapat petunjuk bahwa penanaman kedelai tersebar luas di 23 provinsi, kecuali Jakarta, Nusa Tenggara Timur, dan maluku. Dalam beberapa tahun terakhir angka pertumbuhan kedeali di Indonesia setiap tahun terus meningkat. Bahkan sejak akhir pelita IV pemerintah berusaha menggapai swasembada palawija, terutama jagung dan kedelai (Rukmana, R, 1996).
 Sampai saat ini, pemupukan masih merupakan penambahan input terpenting untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Agar pemupukan memiliki efisiensi yang tinggi, diperlukan penetapan takaran anjuran pupuk untuk spesifik lokasi. Untuk itu, penetapan kebutuhan pupuk harus selalu didasarkan pada hasil penelitian di lokasi tersebut dalam jangka waktu tertentu. Analisis tanah dan tanaman merupakan metode yang praktis dan akurat dalam menunjang penetapan kebutuhan pupuk (Adisarwanto  2010).
Tanaman kedelai merupakan sumber protein nabati yang sangat penling untuk meningkatkan gizi masyarakat, dengan demikian tanaman ini perlu diusahakan. Produksi kedelai di Indonrsia masih tergolong rendah, ha1 ini disebabkan karena pengolahan tanah yang kurang tepat, pemupukan yang kurang sempurna, kekeringan, serangan hama penyakit dan gulma serta mutu benih yang kurang baik (Syawal, Y, 2007).
30% minyak bebas kolesterol, dan sekitar 40% protein yang sama dengan nilai gizi protein hewani di hasilkan oleh kedelai. Kedelai dianggap sebagai salah satu tanaman pangan dan industri yang penting di tingkat internasional, karena mengandung sekitar Minyak kedelai adalah salah satu dari minyak nabati yang paling terkenal, di mana digunakan secara langsung dalam makanan, mencegah tekanan darah dan Arteriosclerosis, kedelai juga mengandung vitamin yang penting bagi tubuh, Beberapa negara di dunia ekstrak kedelai diubah menjadi berbagai jenis makanan seperti susu dan keju. Penggunaan minyak kedelai di Mesir telah dimulai dari tahun 1976, rasio ekstraksi minyaknya sekitar 20,5%, juga merupakan sumber protein penting untuk pakan hewan dan unggas (Agroudy et al., 2011).
Kedelai adalah minyak ekonomis penting dan protein tanaman yang dalam teknologi in vitro memiliki cukup potensial (Santos et al., 1997). Pengembangan
sistem transformasi rutin efisien telah, oleh karena itu, menjadi subjek penelitian yang intensif oleh para ilmuwan berkomitmen untuk perbaikan genetik kedelai di banyak laboratorium. Transformasi genetik kedelai telah dilaporkan dengan menggunakan metode DNA berbagai delivery dan tanaman jaringan termasuk pemboman microprojectile dari menembak meristem (McCabe et al., 1988), dan embrio kultur suspensi (Khalafalla, M.M., dkk, 2006).
Menurut Suppadit (2012), Serasah puyuh mengacu pada kombinasi akumulasi pupuk, bulu, pakan tumpah, dan tempat tidur bahan, yang terdiri dari padi (Oryza sativa L.). Bahan organik yang tinggi dan gizi isi sampah puyuh bersama dengan positif efek pada tekstur tanah telah mendorong eksploitasi pada pertanian tanah karena puyuh sampah tidak hanya meningkatkan kesuburan tanah dan aerasi namun juga meningkatkan daya ikat air tanah.
Untuk menaikkan pH dilakukan pengapuran misalnya dengan Kalsit (CaCO3), Dolomit (CaMg(CO3)2, atau kapur bakar. Pemberian kapur dilakukan sekitar 2-4 minggu sebelum tanam, bersamaan pengolahan lahan. Apabila pH diatas 7,0 tanaman kedelai akan mengalami klorosis sehingga tanaman tanaman menjadi kerdil dan daunnya menguning. Sementara pada pH 5,0 kedelai mengalami keracunan Al, Fe, dan Mn, sehingga pertumbuhannya terganggu. (Fachruddin, 2000).
Kedelai sangat cocok tumbuh di lahan terbuka, yang terdapat di daerah berhawa panas. Di Indonesia, tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik  di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1200 m dpl. Suhu optimal bagi pertumbuhan tanaman kedelai antara 250C – 30o C. Curah hujan berkisar antara 150 mm- 200 mm/ bulan, dengan lama penyinaran matahari 12 jam/ hari dan kelembaban rata- rata 65% (Pitojo, 2003). 
Tanaman kedelai dapat di tanam dengan drainase dan aerasi yang baik. Jenis tanah yang sangat cocok untuk menanam kedelai ialah aluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol. Nilai pH ideal bagi pertumbuhan kedelai dan bakteri rhizobium adalah 6,0 -  6,8. Apabila nilai pH diatas 7,0 maka kedelai akan mengalami klorosis sehingga tanaman menjadi kerdil dan menguning. Sebelum dilakukan kegiatan penanaman, terlebih dulu diberi pupuk dasar. Pupuk dasar yang digunakan berupa TSP sebanyak 75 kg - 200 kg/ha, KCl dengan anjuran petugas wilayah kerja pertanian setempat. (Winarsi, H, 2010).
Menurut  Parnata (2010), Salah satu keunggulan pupuk organik cair ini terdapat kandungan asam amino yang berfungsi sebagai sumber makanan bagi mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah.. Salah satu jenis pupuk organik yaitu kompos Bio Sugih yang bahannya dsari kotoran ternak 100 kg, 5 kg urea atau 10 liter urine sapi, 1 kg gula pasir atau 5 liter molase, 1 liter Bio Sugih Tani, dan air secukupnya. Tanaman kedelai yang diharapkan bisa menghasilkan 40 polong pertanaman tapi dengan menggunakan pupuk tersebut mampu menghasilkan 144 polong pertanaman. Pengujian tersebut dilakukan di Hongkong, Cina.

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu                  
            Praktikum Teknik Produksi Tanaman Jagung Kedelai dilakukan di laboratoriun Fakultas Pertanian Universitas Jember pada hari Senin, tanggal 07 Oktober 2012 pukul 13.45 WIB – selesai.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Cangkul
2. Tugal
3. Roll metter
4. Tali raffia
5. Papan nama
6. Ayakan
7. Timba

3.2.2 Bahan
1. Benih Kedelai
2. Tanah
3. Pupuk ( Urea,SP-36,KCl)
4. Polibag 40x60
5. Tanah kering angin
3.3 Cara Kerja
1.      Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2.      Menyiapkan media tanam dengan cara mengayak tanah, dan menjemur sampai kering angin.
3.      Mengambil sampel tanah kemudan dianalisis dengan sidik cepat untuk mengetahui kondisi tanah yang meliputi pH, C-Organk, dan sifat fisik tanah.
4.      Memasukan tanah sebanyak 10 kg kedalam polybag, untuk perlakuan dengan penambahan BO berat tanah yang disesuaikan, kemudian menyiram dengan air.
5.      Menanam Benih Kedelai pada masing-masing perlakuan, satu lubang diisi 2 benih.
6.      Memupuk SP-36 dan KCl serta menambahkan BO sesuai dengan dosis anjuran dari analisis sidik cepat sedangkan untuk pupuk urea sesuai dengan perlakuan.
7.      Melakukan pengamatan secara rutin.











DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2010. Strategi Peningkatan Produksi Kedelai Sebagai Upaya Untuk Memenuhi Kebutuhan Di Dalam Negeri Dan Mengurangi Impor. Pengembangan Inovasi Pertanian 3(4):319-331.
Agroudy N. E, Mokhtar S., Zaghlol A. E., and Gebaly M. E. 2011. An economic study of the production of soybean in Egypt. Agriculture And Biology Journal Of North America. Vol . 2(2): 221-225.

Fachruddin, L. 2000. Budidaya Kacang-Kacangan. Kasinius: Yogyakarta.

Kastono, Dody. 2005. Tanggapan Pertumbuhan Dan Hasil Kedelai Hitam
Terhadap Penggunaan Pupuk Organik Dan Biopestisida Gulma Siam (Chromolaena odorata). Ilmu Pertanian  12 : 2.

Khalafalla, M. M,. 2006 Efficient production of Transgenic Soybean (Glycine max [L] Merrill) Plants Mediated Via Whisker – Supersonic (WSS) Method. African Journal Of Biotechnology 5(18). 

Parnata, A. S. 2010. Meningkatkan Hasil Panen dengan Pupuk Organik. PT. Agro Media Pustaka: Jakarta Selatan.

Pitojo, S. 2003. Benih Kedelai. Kanisius. Yogyakarta.

Suppadit, T. 2012. The Effect Of Using Quallitter Biochar On Soybean (Glycine max [L] Merr.) Production. Chilean Journal Of Agricultural research 72 (2).

Syawal, Ternelis. 2007. Efek Mulsa Alang-Alang, Pupuk P Dan Pengolahan Tanah Pada Tanaman Kedelal Dan Gulma . Agrivigor 6 : 2.

Rukmana, R. 1996. Kedelai, Budidaya Dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.

Winarsi, H. 2010. Protein Kedelai Dan Kecambah. Kanisius. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar