I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Mikroorganisme
di samping mempunyai bentuk dan ukuran sel yang kecil, juga ada diantaranya
yang mempunyai sel tembus cahaya. Untuk dapt dilihat dalam keadaan hidup
tidaklah mudah. Sehingga untuk dapat meneliti
ataupaun melihat bentuk dan ukurannya diperlukan pewarnaan atau pengecatan
terlabih dahulu agar selnya tampak dengan jelas.
Pewarnaan
terhadap mikrobia, tidak bisa dilakukan dengan begitu saja tetapi harus melalui
cara dan tahapan yang sudah ditentukan. Ini mengingat isi kandungan yang ada
dalam mikrobia, khususnya bakteri yang mungkin akan memberikan reaksi terhadap
pewarna yang diberikan.
Cat bakteri
atau yang disebut cat biologi,yaitu persenyawaan organik yang mempunyai gugusan
khromosfor dan auxokhrom yang terikat dalam satu cincin benzena. Beberapa cara
pengecatan bakteri yang penting adalah:
1. Pengecatan negatif ( pengecatan tidak langsung) adalah
pengecatan yang di cat adalah latar belakangnya, sedangkan bakterinya tidak.
Pada pengecatan ini tidak dilakukan fiksasi, sehingga bakteri tidak mengalami
perubahan ukuran.
2. Pengecatan sederhana adalah pengecatan yang hanya
menggunakan satu macam cat saja. Sebelum di cat dilakukan fiksasi agar dapat
lebih melekat lebih melekat pada obyek glass.
3. Pengecatan gram adalah
pewarnaan yang paling banyak digunakan untuk bakteri.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan
dilakukannya praktikum mengenai pewarnaan sel (bakteri dan jamur) dan pewarnaan
endospora ini antara lain :
1) Mempelajari
proses pewarnaan struktur sel bakteri
dan jamur
2) Mempelajari
bentuk-bentuk, struktur
sel bakteri dan jamur
3) Memahami
pentingnya setiap langkah dalam prosedur pewarnaan dan memahami reaksi kimiawi
di dalam prosedur tersebut
Manfaat
yang diperoleh setelah mengikuti praktikum mengenai pewarnaan sel bakteri dan jamur ini adalah praktikan akan mempunyai
keterampilan dan keahlian dalam hal
pewarnaan sel bakteri dan jamur yang banyak dilakukan dalam
laboratorium-laboratorium mikrobiologi dengan metode yang disesuaikan.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Mikroorganisme
yang ada dialam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas,
begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan
kontras dengan air, dimana
sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk
sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan
atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat
fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian
pengecatan (Dwidjoseputro, 1994).
Tujuan dari
pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas
ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam
bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan
kimia yang khas daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras
mikroorganisme dengan sekitarnya (Pelczar & Chan, 1986).
Teknik
pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu
pengecatan sederhana, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural.
Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan menggunakan
larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah
difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana (Pelczar & Chan, 1986). Prosedur
pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel microbe atau
bagian-bagian sel mikroba disebut
teknik pewarnaan diferensial (Pelczar & Chan, 1986). Sedangkan pengecatan
struktural hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan
bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengecatan
endospora, flagella dan pengecatan kapsul.
Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna,
subtrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Pewarnaan gram
pertama kali mulai dikembangkan pada tahun 1884 oleh ahli histologi yaitu
Cristian Gram (Cappuccino & Sherman, 1983). Dengan metode pewarnaan Gram,
bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram
negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap
cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya.
Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang
tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp Contoh bakteri yang tergolong
bakteri tahan asam, yaitu dari genus Mycobacterium dan beberapa spesies
tertentu dari genus Nocardia. Bakteri- bakteri dari kedua genus ini diketahui
memiliki sejumlah besar zat lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya
sehingga menyebabkan dinding sel tersebut relatif tidak permeabel terhadap
zat-zat warna yang umum sehingga sel bakteri tersebut tidak terwarnai oleh
metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram ( Dwidjoseputro,
1994).
Zat warna
adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya berwarna. Garam
terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-senyawa
kimia ini berguna untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel
bakeri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai
dasar pewarnaan bakteri (Suriawa, 1986).
Sel-sel
warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam dan basa. Jika warna
terletak pada muatan positif dari zat warna, maka disebut zat warna basa. Jika
warna terdapat pada ion negatif, maka disebut zat warna asam. Contoh zat warna
basa adalah methylen blue, safranin, netral red, dan lain-lain. Sedangkan.
Zat warna asam umumnya mempunyai
sifat dapat bersenyawa lebih cepat dengan bagian sitoplasma sel sedangkan zat
warna basa mudah bereaksi dengan bagian- bagian inti sel. Pewarnaan bakteri
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : fiksasi, peluntur warna, substrat,
intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Pada bakteri gram
positif menunjukkan warna biru ungu dan bakteri gram negatif berwarna merah.
Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu :
1.
Gram A /Zat warna
utama (violet kristal)
2.
Gram B /Mordan
(larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan warna utama.
3.
Gram C /Pencuci / peluntur
zat warna (alkohol / aseton) yaitu solven organic yang
digunakan uantuk melunturkan zat warna utama.
4.
Gram D / cat
penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah
kehilangan cat utama setelah perlakuan denga alkohol.
III. BAHAN
DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
mengenai “Pewarnaan Sel Bakteri dan Jamur” dilaksanakan pada hari Rabu 12
Oktober pada pukul 14.30–Selesai, bertempat di Laboratorium
HPT Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
yang digunakan dalam pengecatan adalah:
1.
Mikroskop
2.
Kaca benda
3.
Kaca obyek
4.
Jarum ose
5.
Rak tabung reaksi
6.
Bunsen
7.
Tabung reaksi
8.
Kertas a4 dan alat tulis
3.2.2 Bahan
yang digunakan adalah:
1. Biakan murni (jamur dan bakteri)
2. Aquades
3. Kapas
4. Nigrosin / tinta cina
5. Larutan laktofenol
6. Larutan metylene blue
7. Larutan kristal violet
8. Larutan mordan
9. Alkohol 70%
10. Larutan safranin
3.3 Cara Kerja
3.3.1
Pengecatan jamur
kaca dibersihkan dengan alkohol sampai bebas
dari lemak dan debu, kemudian jamur diambil dari tempat isolasi dengan
menggunakan jarum ose. Kemudian ditetesi air aquades dengan jarum ose dan direnggangkan pada kaca benda. Jamur yang
sudah renggang kemudian ditetesi
laktofenol dan ditutup dengan kaca obyek tidak boleh ada gelembung udara dalam
kaca benda tersebut. Kemudian diamati dengan mikroskop perbesaran lemah, sedang
dan kuat. Menggambar jamur pada kertas
a4 dan memberi keterangan.
3.3.2
Pengecatan Sederhana
kaca
benda dibersihkan dengan alkohol hingga bebas dari lemak dan debu. Kemudian
bakteri diambil menggunakan jarum ose dari tempat isolasi dan diletakkan pada
kaca benda. Kemudian ditetesi dengan air, dan direnggangkan menggunakan jarum
ose. Setelah bakteri renggang kemudian ditetesi dengan metylene blue dan
ditutup dengan kaca . Dibiarkan selama 2-3 menit agar kering. Diamati
menggunakan mikroskop perbesaran lemah, sedang, dan kuat. Menggambar bakteri
pada kertas a4 dan memberi keterangan.
3.3.3
Pengecatan Negatif
Kaca
benda dibersihkan dengan dengan alkohol hingga bebas dari lemak dan debu,
kemudian diganggang diatas nyala spiritus (fiksasi). Setelah dingin isolat
bakteri diambil dengan jarum menggunakan jarum ose dari tempat isolasi dan
diletakkan pada kaca benda. Kemudian ditetesi dengan air, dan direnggangkan menggunakan
jarum ose. Setelah bakteri renggang kemudian ditetesi dengan nigrosin/ tinta
cina dan diratakan sampai tipis. Kemudian di kering anginkan dan diamati
menggunakan mikroskop. Digambar pada
kertas a4 diberi keterangan.
3.3.4
Pengecatan Gram
Kaca
benda dibersihkan dengan dengan alkohol
hingga bebas dari lemak dan debu, kemudian diganggang diatas nyala spiritus
(fiksasi). Setelah dingin isolat bakteri diambil dengan jarum menggunakan jarum
ose dari tempat isolasi dan diletakkan pada kaca benda. Kemudian ditetesi
dengan air, dan direnggangkan menggunakan jarum ose. Setelah itu ditetesi
dengan kristal violet, di kering anginkan selama 2-3 menit.
Setelah
kering kemudian dicuci menggunkan air steril. Setelah itu di teteskan larutan
mordan (Gram B) dan di diamkan selama 2-3 menit, dicuci kembali menggunakan air
steril. Ditetesi dengan gram c atau
alkohol, di diamkan selama 20-30 detik. Tahap akhir dalam proses ini adalah
pemberian gram d (safranin), dibiarkan selama 2 menit. Cuci kemudian di
keringkan dan di anginkan, setelah itu diamati menggunakan mikroskop dengan
perbesaran rendah, sedang, dan tinggi serta hasilnya digambar pada kertas a4.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar mikrobia
|
Keterangan
|
JAMUR TEMPE
·
sporangium
·
Spora
·
kolumella
·
Sporangiophora
·
Rhizoid
·
Stolon
|
|
BAKTERI JERUK
( PENGECATAN SEDER-HANA)
·
Bakteri
berwarna biru
·
Bakteri
berbentuk lonjong
|
|
BAKTERI JERUK( PENGE-CATAN NEGATIF)
·
Bakteri
berbentuk bulat
·
Bakteri
berbentuk lonjong
·
Latar
belakang gelap
·
Warna
bakteri merah
|
|
BAKTERI JERUK ( PENGE-CATAN GRAM NE-GATIF)
·
sel berwarna transparan
·
Latar
transparan
|
|
Aspergillus sp (kontaminasi)
·
Konidia
·
Knidiophore
·
Sterigma
·
Vesikula
·
Sel kaki
·
Miselium
|
5.2 Pembahasan
5.2.1
Pengecatan jamur
Pada
pengecatan jamur tempe/ rhizopus sp, jamur tampak jelas pada mikroskop. Pada
jamur tempe tersebut terdapat bagian-bagian yang dapat dilihat menggunakan
mikroskop yaitu, sporangium, spora, kolumella, sporangiophora, rhizoid, dan stolon.
5.2.2 Teknik Pewarnaan sederhana
Dari hasil
pengamatan, setelah dilakukan pewarnaan sederhana dengan zat warna metilen blue
pada bakteri jeruk, diperoleh
suatu bentuk morfologi dari bakteri tersebut antara lain sebagai berikut: bentuk sel bakteri berbentuk
lonjong dan warna sel biru.
5.2.3 Teknik
pewarnaan Negatif
Dari hasil pengamatan, setelah dilakukan pewarnaan negatif dengan zat warna nigrosin/ tinta
cina pada bakteri jeruk, diperoleh suatu bentuk morfologi dari bakteri
tersebut antara lain sebagai berikut: bakteri berbentuk lonjong, latar belakang gelap dan warna bakteri merah.
5.2.4 Teknik Pewarnaan Gram
Dari hasil pengamatan, setelah dilakukan pewarnaan gram dengan serangkaian zat gram a, b, c, dan d pada bakteri jeruk, diperoleh suatu bentuk morfologi
dari bakteri tersebut antara lain sebagai berikut: sel berwarna transparan, latar transparan. Jadi dapat
disimpulan bahwa pengecatan gram diatas bersifat negatif
.
5.2.5 Pengecatan Jamur Aspergillus ( kontaminan)
Pada pengecatan jamur aspergillus sp, jamur tampak jelas pada mikroskop.
Pada jamur tersebut terdapat bagian-bagian yang dapat dilihat menggunakan
mikroskop yaitu, konidia, knidiophore, sterigma, vesikula, sel kaki, dan
miselium.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari
percobaan yang telah dilakukan dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Setelah dilakukan pengecatan, mikroorganisme
menjadi mudah untuk dilihat.
2. Bakteri
berubah ukuran setelah dilakukan fiksasi.
3. Pada jamur bentuk dan bagian-bagiannya
terlihat jelas.
5.2 Saran
Hendaknya para praktikan sangat berhati-hati dalam
melakukan teknik pengecatan. Sebaiknya praktikan mengetahui prosedur dengan benar. Selain itu, praktikan diharapkan memakai jas lab setiap melakukan praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 1994. Ekologi Manusia
dan Perkembangannya. Jakarta: Erlangga
Pelczar
dan E. C. S. Chan.1986. Dasar-dasar
Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
Suriawiria,
Unus. 1986. Buku Materi Pokok Mikrobiologi. Jakarta:
Karunika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar