Selasa, 04 Desember 2012

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan media tumbuh tanaman dan habitat berbagai mikro organisme seperti dari golongan jamur,  serangga, nematoda, bakteri, dan banyak mikro organisme lain. Jamur termasuk golongan yang cukup dominan di dalam tanah, baik perananya sebagai patogen tanaman, dekomposer, bahkan sebagai agen pengendali hayati. Setiap macam tanaman dapat diserang oleh banyak macam patogen tumbuhan, begitu pula satu macam patogen ada kemungkinan dapat menyerang sampai berpuluh-puluh tanaman. Sering pula terjadi, bahwa patogen tumbuhan tertentu dapat menyerang satu macam organ tanaman atau ada pula yang menyerang berbagai macam organ tanaman. Kenyataan ini akan menyulitkan dalam mempelajari penyakit pada tanaman. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, maka diadakan klasifikasi penyakit tumbuhan sehingga memudahkan kita untuk mempelajari penyakit tumbuhan menurut kepentingannya masing-masing. Jamur di dalam tanah yang berperan sebagai agen pengendali hayati dapat diisolasi untuk diperoleh isolat murni . Jamur agen hayati tular tanah dikelompokkan sebagai jamur patogen serangga (entomopatogen) dan antagonis. Penentuan sampel tanah sangat penting dalam keberhasilan mendapatkan jamur pengendali hayati. Setiap jamur agen hayati memiliki kekhasan jenis, struktur, dan komposisi tanah sebagai habitatnya.
Jamur adalah organisme kecil, umumnya mikroskopis, eukariotik, berupa filamen atau benang, bercabang, menghasilkan spora, tidak memilki klorofil dan memilliki dinding sel yang mengandung kitin. 8000 jenis spesies jamur dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan. Beberapa jenis jamur dapat tumbuh dan memperbanyak diri apabila memiliki inang, jamur tersebut disebut sebagai parasit obligat. Membutuhkan inang untuk sebagian daur hidupnya tetapi tetap mampu menyelesaikan daur hidupnya pada bahan organik mati maupun pada tumbuhan hidup, jamur yang seperti itu disebut parasit non-obligat.
            Nematoda adalah hewan multiseluler yang paling banyak jumlahnya di bumi dan terdapat hampir di seluruh habitat dan beberapa juga terdapat di tempat yang tidak biasa seperti sumber mata air panas, es, laut dalam, dan lingkungan berasam dan dengan kadar oksigen rendah. Kelimpahannya mencapai jutaan individu per m2 tanah pada tanah dan sedimen dasar perairan.
            Nematoda bagi kalangan pertanian sangat dikenal sebagai pembawa dan penyebab penyakit. Namun tanah yang sehat memiliki nematoda predator dan mikroarthropoda yang akan memakan nematoda hama ini. Sebagai tambahan, fungi akan memperangkap nematoda dan melarutkannya untuk dikonsumsi. Serta dengan memiliki koloni bakteri yang sehat dan fungi disekitar sistem akar, akan membuat tambah sulit bagi nematoda pemakan akar dalam menemukan akar dan menyerangnya.
            Adapun tahap-tahap yang harus dilakukan dalam pembuatan preparat awetan nematoda, diantaranya adalah memancing nematoda, membius, membunuh, fiksasi dan membuat preparat awetan. Sedangkan pada preparat awetan jamur dapat membuat suatu biakan murni jamur dan membuat preparat awetan serangga tanah ada dua macam yaitu preparat awetan kering dan basah, namun yang mudah untuk digunakan adalah preparat awetan basah. Oleh karena itu, hal yang ingin dicapai dari pembuatan preprata ini adalah meneliti secara lebih detail lagi tentang anatomi nematoda dan jamur serta serangga tanah.

1.2 Tujuan
            Untuk mendapatkan spasemen nematoda, jamur dan serangga dalam keadaan awetan sehingga apabila mahasiswa atau peneliti ingin mendapatkan informasi lebih lanjut tentang nematoda dan jamur seta serangga dapat segera dilakukan






BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

 Nematoda adalah cacing halus yang hidup sebagai saprofit di dalam air dan tanah, atau sebagai parasit pada tanaman dan hewan. Nematoda yang hidup sebagai parasit pada tanaman memiliki stilet yang berfungsi untuk mengisap sel-sel tanaman sehingga fungsi fisiologi tanaman terganggu. Saat ini, nematoda parasit dilaporkan telah merusak berbagai tanaman pertanian di seluruh dunia, baik di daerah tropis maupun subtropis. Kehilangan hasil akibat serangan nematoda di seluruh dunia mencapai US$80 miliar/tahun. Meskipun demikian, di Indonesia, kerusakan tanaman karena nematoda parasit kurang disadari baik oleh petani maupun petugas yang bekerja di bidang pertanian. Hal ini mungkin disebabkan gejala serangan nematoda sulit diamati secara visual karena ukurannya sangat kecil. Selain itu, gejala serangan nematoda berkembang sangat lambat dan tidak spesifik, mirip atau bercampur dengan gejala kekurangan hara dan air atau kerusakan akar dan pembuluh batang. Gejala serangan nematoda pada tanaman tidak drastis, bahkan sering tertutup oleh gejala serangan hama atau penyakit lain yang lebih spesifik dan mudah dibedakan. (Mustika, 2010).
Menurut Hanif (1998), Jamur adalah organisme yang sel-selnya berinti sejati (eukariotik) biasanya berbentuk benang, bercabang-cabang, tidak berklorofil, dinding selnya mengandung kitin, selulosa atau keduanya. Jamur adalah organism heterotrof, absortif dan membentuk beberapa macam spora. Berdasarkan jumlah sel per individunya,jamur dibedakan menjadi dua golongan yakni jamur dengan satu sel atau khamir (yeast) dan jamur beneng atau hanya disebut jamur saja. Bagian vegetative parasit biasanya berupa benang-benang disebut hifa dan kumpulan dari hifa disebut miselium.
Hifa bercabang atau tidak, tebalnya dapat kurang dari 0.7 µm- 100 µm ( pada beberapa saprolegniales). Demikian pula seluruh miselium mungkin hanya merupakan dan mempunyai panjang beberapa µm, tetapi dapat pula membentuk lapisan atau benang-benang besar yang panjangnya bermeter-meter. Miselium kebanyakan jamur adalah hialin (tidak berwarna). Jika berwarna, maka ini mempunyai pigmen yang menyebabkan warna kelam mirip dengan melanin yang kebanyakan terikat pada dinding sel. Hifa tidak bersekat terdapat pada jamur-jamur klas Phycomycetes dan hifa bersekat terdapat pada jamur-jamur klas Ascomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes. Hifa yang membentuk konidium atau yang melindungi alat-alat perkembangbiakan kebanyakan berwarna kelam. Pada prinsipnya hifa jamur dibedakan menjadi hifa senotisis (coenocytis) atau hifa tidak bersekat dan hifa seluler atau hifa bersekat (Hanif, 1998).





























BAB 3. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum  “Membuat Preparat Awetan Nematoda, Jamur Dan Serangga Tanah” ini dilakukan pada hari Jum’at tanggal 27 April 2012 pukul 07.00 – selesai, bertempat di Laboratorium Hama Dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Gelas arloji
2. Cawan petri
3. Gelas benda
4. Pancing
5. De glass
6. Lampu bunsen
7. Karton
8. Laminar Aair Flow
9. Jarum ent
10. Botol preparat
11. Kertas label
12. Glass woll
13. Lempeng alumunium

3.2.2 Bahan
1. Laktofenol
2 . Zat pewarna (asam fukshin, cotton blue, dan lain-lain)
3. Parafin
4. Lak kuku
5. Formalin 4% atau alkohol 70%

3.3 Cara Kerja
3.3.1 Membuat Preparat Awetan Nematoda
1. Kumpulkan beberapa ekor nematoda yang telah difiksasi dan masukkan ke dalam gelas arlojiatau cawan petri yang telah berisis laktofenol panas (65-300C) dan diberi zat pewarna(asam fukhsin, cotton blue,dan lain-lain).
2. Buat lingkaran parafin pada gelas benda, tetesi laktofenol secukupnya (1-2tetes), beri glasswoll pada tiga sisi sebagai penyanggah agar nematoda tidak pipih.
3. Pindahkan nematoda dengan pancing (handling needle) dan tempatkan di tengah- tengah lingkaran parafin dalam laktofenol.
4. Tutup dengan kaca penutup.
5. Panaskan di atas lempeng pemanas atau lampu bunsen beberapa detik untuk mencairkan parafin lekatkan dengan lem atau lak kuku.
6. Kemudian masukkan ke dalam lempeng preparat yang terbuat dari lempeng alumunium, jepit dengan karton.
7. Beri etiket tentang nama spesies, nama kolektor, tempat dan lain sebagainya. Maka preparat awetan telah selesai(jadi).
8. Simpan dalam kotak preparat(ada yang terbuat dari kayu, plastik ataupun seng).

3.3.2 Membuat Preparat Awetan Jamur
            Cara membuat biakan murni jamur (lakukan perkelompok masing-masing 5 orang).
1. Ambil cawan petri yang berisi beberapa bentuk dan warna hifa/miselium jamur dari hasil isolasi jamur pada praktiku sebelimnya, kemudian tempatkan didalam laminar air flow (entkas).
2.  Amati jamur-jamur yang tumbuh.
3. Sesuai petunjuk dosen/asiten, maka ambil satu macam jamur dengan menggunakan jarum preparat atau jarum ent steril (telah dipanasi beberapa detik di atas lampu Bunsen).
4. Meia agar miring dibuka kapasnya dan ujungnya dipanasi dengan lampu Bunsen.
5. Goreskan hasil no.3 pada media agar miring di dalam laminar flow.
6. Tutup kembali media agar miring dengan kapas. Simpan dalam laminar air flow (entkas).
7. Setelah kurang lebih 4-7 hari dari pembuatan biakan murni, amati dengan seksama jamur yang tumbuh.
8. Selanutnya setiap mahasiswa mengambil hasil tumbuh jamur dalam media agar miring, bias sporanya, 2 miseliumnya atau golongan keduanya untuk selanjutnya dijadikan perparat awetan jamur.
9. Ambil dengan jarum preparat atau jarum ent steril hasil tumbuh jamur dalam media agar miring lalu tempatkan di atas gelas benda yang berisi laktofenol dala lingkaran parafirin. Amati dibawah mikroskop bentuk jamurnya apakah bagus dan layak untuk dijadikan preparat awetan ataukah tidak.
10. Apabila sudah dirasa bagus dan layak, maka tutup dengan cover slip.
11. Panaskan diatas lempeng pemanas atau lampu Bunsen.
12. Lekatkan dengan lem atau lak kuku.
13. Masukkan ke dalam lempeng alumunium, jepit dengan karton, beri etiket secukupnya.

3.3.3 Membuat Preparat Awetan Serangga Tanah
1. Gali permukaan tanah yang gembur, berpasir dan banyak mengandung humus pada daerah perakaran tanaman(tanaman kopi, kakao, kelapa, jagung, tembakau dan sebagainya), dengan menggunakan alat (cangkul, cetok, sabit, dan lainnya). Cari serangga (telur, larva, nimfa, pupa atau imago) yang mungkin terdapat dalam tanah tersebut. Apabila ditemukan serangga maka lakukan pekerjaan berikut :
2. Ambil dan kumpulkan serangga yang diperoleh sesuai dengan spesies, family, ordo serangga, jangan dicampur manakala serangga berbeda- beda.
3. Ambil satu spesies atau jenis, family atau ordo kemudian masukkan ke dalam air mendidih beberapa menit agar serangga tidak mudah terkontaminasi jamur atau bakteri patogen.
4. Masukkan ke dalam gelas museum atau botolpreparat yang berisi formalin 4%,atau alkohol 70% sebagai bahan pengawet. Lakukan hal yang sama pada spesies atau ordo lain.
5. Awetan serangga telah selesai, beri etiket secukupnya (nama spesies, nama kolektor, tempat pengambilan spesemen, dan lain sebagainya). Lakukan setiap kelompok (5 mahasiswa).
6. Simpan pada meja-meja preparat di jurusn HPT.



















DAFTAR PUSTAKA

Hanif, Y. 1988. Mikrobiologi Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mustika, I. 2010. Konsepsi dan Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman        Di Indonesia. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian, Vol 3 / No. 2.





1 komentar:

  1. Saya akan sangat mengesyorkan perkhidmatan pembiayaan meridian Le_ kepada sesiapa yang memerlukan bantuan kewangan dan mereka akan membuat anda berada di atas direktori tinggi untuk sebarang keperluan selanjutnya. Sekali lagi saya memuji diri anda dan kakitangan anda untuk perkhidmatan dan perkhidmatan pelanggan yang luar biasa, kerana ini merupakan aset yang hebat untuk syarikat anda dan pengalaman yang menyenangkan kepada pelanggan seperti saya sendiri. Mengharapkan anda semua yang terbaik untuk masa depan. Perkhidmatan pembiayaan meridian adalah cara terbaik untuk mendapatkan pinjaman mudah, di sini ada email..lfdsloans@lemeridianfds.com Atau bercakap dengan Encik Benjamin Pada WhatsApp Via_ 1-989-394-3740 Terima Kasih untuk membantu saya dengan pinjaman sekali lagi dengan sepenuh hati saya bersyukur selama-lamanya.

    BalasHapus