BAB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tanah merupakan media
tumbuh tanaman dan habitat berbagai mikro organisme seperti dari golongan
jamur, serangga, nematoda, bakteri, dan
banyak mikro organisme lain. Jamur termasuk golongan yang cukup dominan di
dalam tanah, baik perananya sebagai patogen tanaman, dekomposer, bahkan sebagai
agen pengendali hayati. Setiap macam tanaman dapat diserang oleh banyak macam
patogen tumbuhan, begitu pula satu macam patogen ada kemungkinan dapat
menyerang sampai berpuluh-puluh tanaman. Sering pula terjadi, bahwa patogen
tumbuhan tertentu dapat menyerang satu macam organ tanaman atau ada pula yang
menyerang berbagai macam organ tanaman. Kenyataan ini akan menyulitkan dalam
mempelajari penyakit pada tanaman. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, maka
diadakan klasifikasi penyakit tumbuhan sehingga memudahkan kita untuk
mempelajari penyakit tumbuhan menurut kepentingannya masing-masing. Jamur di
dalam tanah yang berperan sebagai agen pengendali hayati dapat diisolasi untuk
diperoleh isolat murni . Jamur agen hayati tular tanah dikelompokkan sebagai
jamur patogen serangga (entomopatogen) dan antagonis. Penentuan sampel tanah
sangat penting dalam keberhasilan mendapatkan jamur pengendali hayati. Setiap
jamur agen hayati memiliki kekhasan jenis, struktur, dan komposisi tanah sebagai
habitatnya.
Jamur adalah organisme
kecil, umumnya mikroskopis, eukariotik, berupa filamen atau benang, bercabang,
menghasilkan spora, tidak memilki klorofil dan memilliki dinding sel yang
mengandung kitin. 8000 jenis spesies jamur dapat menyebabkan penyakit pada
tumbuhan. Beberapa jenis jamur dapat tumbuh dan memperbanyak diri apabila
memiliki inang, jamur tersebut disebut sebagai parasit obligat. Membutuhkan
inang untuk sebagian daur hidupnya tetapi tetap mampu menyelesaikan daur
hidupnya pada bahan organik mati maupun pada tumbuhan hidup, jamur yang seperti
itu disebut parasit non-obligat.
Nematoda
adalah hewan multiseluler yang paling banyak jumlahnya di bumi dan terdapat
hampir di seluruh habitat dan beberapa juga terdapat di tempat yang tidak biasa
seperti sumber mata air panas, es, laut dalam, dan lingkungan berasam dan
dengan kadar oksigen rendah. Kelimpahannya mencapai jutaan individu per m2
tanah pada tanah dan sedimen dasar perairan.
Nematoda
bagi kalangan pertanian sangat dikenal sebagai pembawa dan penyebab penyakit.
Namun tanah yang sehat memiliki nematoda predator dan mikroarthropoda yang akan
memakan nematoda hama ini. Sebagai tambahan, fungi akan memperangkap nematoda
dan melarutkannya untuk dikonsumsi. Serta dengan memiliki koloni bakteri yang
sehat dan fungi disekitar sistem akar, akan membuat tambah sulit bagi nematoda
pemakan akar dalam menemukan akar dan menyerangnya.
Adapun
tahap-tahap yang harus dilakukan dalam pembuatan preparat awetan nematoda,
diantaranya adalah memancing nematoda, membius, membunuh, fiksasi dan membuat
preparat awetan. Sedangkan pada preparat awetan jamur dapat membuat suatu
biakan murni jamur dan membuat preparat awetan serangga tanah ada dua macam
yaitu preparat awetan kering dan basah, namun yang mudah untuk digunakan adalah
preparat awetan basah. Oleh karena itu, hal yang ingin dicapai dari pembuatan
preprata ini adalah meneliti secara lebih detail lagi tentang anatomi nematoda
dan jamur serta serangga tanah.
1.2
Tujuan
Untuk
mendapatkan spasemen nematoda, jamur dan serangga dalam keadaan awetan sehingga
apabila mahasiswa atau peneliti ingin mendapatkan informasi lebih lanjut
tentang nematoda dan jamur seta serangga dapat segera dilakukan
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Nematoda adalah cacing halus yang hidup sebagai
saprofit di dalam air dan tanah, atau sebagai parasit pada tanaman dan hewan.
Nematoda yang hidup sebagai parasit pada tanaman memiliki stilet yang berfungsi
untuk mengisap sel-sel tanaman sehingga fungsi fisiologi tanaman terganggu. Saat
ini, nematoda parasit dilaporkan telah merusak berbagai tanaman pertanian di
seluruh dunia, baik di daerah tropis maupun subtropis. Kehilangan hasil akibat serangan
nematoda di seluruh dunia mencapai US$80 miliar/tahun. Meskipun demikian, di
Indonesia, kerusakan tanaman karena nematoda parasit kurang disadari baik oleh petani
maupun petugas yang bekerja di bidang pertanian. Hal ini mungkin disebabkan
gejala serangan nematoda sulit diamati secara visual karena ukurannya sangat
kecil. Selain itu, gejala serangan nematoda berkembang sangat lambat dan tidak
spesifik, mirip atau bercampur dengan gejala kekurangan hara dan air atau
kerusakan akar dan pembuluh batang. Gejala serangan nematoda pada tanaman tidak
drastis, bahkan sering tertutup oleh gejala serangan hama atau penyakit lain yang
lebih spesifik dan mudah dibedakan. (Mustika, 2010).
Menurut Hanif (1998), Jamur adalah organisme yang
sel-selnya berinti sejati (eukariotik) biasanya berbentuk benang,
bercabang-cabang, tidak berklorofil, dinding selnya mengandung kitin, selulosa
atau keduanya. Jamur adalah organism heterotrof, absortif dan membentuk
beberapa macam spora. Berdasarkan jumlah sel per individunya,jamur dibedakan
menjadi dua golongan yakni jamur dengan satu sel atau khamir (yeast) dan jamur
beneng atau hanya disebut jamur saja. Bagian vegetative parasit biasanya berupa
benang-benang disebut hifa dan kumpulan dari hifa disebut miselium.
Hifa bercabang atau tidak, tebalnya dapat kurang
dari 0.7 µm- 100 µm ( pada beberapa saprolegniales). Demikian pula seluruh
miselium mungkin hanya merupakan dan mempunyai panjang beberapa µm, tetapi
dapat pula membentuk lapisan atau benang-benang besar yang panjangnya
bermeter-meter. Miselium kebanyakan jamur adalah hialin (tidak berwarna). Jika
berwarna, maka ini mempunyai pigmen yang menyebabkan warna kelam mirip dengan
melanin yang kebanyakan terikat pada dinding sel. Hifa tidak bersekat terdapat
pada jamur-jamur klas Phycomycetes dan hifa bersekat terdapat pada jamur-jamur
klas Ascomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes. Hifa
yang membentuk konidium atau yang melindungi alat-alat perkembangbiakan
kebanyakan berwarna kelam. Pada prinsipnya hifa jamur dibedakan menjadi hifa
senotisis (coenocytis) atau hifa tidak bersekat dan hifa seluler atau hifa
bersekat (Hanif, 1998).
BAB
3. METODOLOGI
3.1
Tempat dan Waktu
Praktikum “Membuat Preparat Awetan Nematoda, Jamur Dan
Serangga Tanah” ini dilakukan pada hari Jum’at tanggal 27 April 2012 pukul 07.00
– selesai, bertempat di Laboratorium Hama Dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian, Universitas Jember.
3.2 Alat dan
Bahan
3.2.1 Alat
1. Gelas arloji
2. Cawan petri
3. Gelas benda
4. Pancing
5. De glass
6. Lampu bunsen
7. Karton
8. Laminar Aair Flow
9. Jarum ent
10. Botol preparat
11. Kertas label
12. Glass woll
13. Lempeng alumunium
3.2.2 Bahan
1. Laktofenol
2 . Zat pewarna (asam fukshin, cotton
blue, dan lain-lain)
3. Parafin
4. Lak kuku
5. Formalin 4% atau alkohol 70%
3.3 Cara
Kerja
3.3.1
Membuat Preparat Awetan Nematoda
1. Kumpulkan beberapa ekor nematoda yang telah
difiksasi dan masukkan ke dalam gelas arlojiatau cawan petri yang telah berisis
laktofenol panas (65-300C) dan diberi zat pewarna(asam fukhsin,
cotton blue,dan lain-lain).
2. Buat lingkaran parafin pada gelas benda, tetesi
laktofenol secukupnya (1-2tetes), beri glasswoll pada tiga sisi sebagai
penyanggah agar nematoda tidak pipih.
3. Pindahkan nematoda dengan pancing (handling
needle) dan tempatkan di tengah- tengah lingkaran parafin dalam laktofenol.
4. Tutup dengan kaca penutup.
5. Panaskan di atas lempeng pemanas atau lampu
bunsen beberapa detik untuk mencairkan parafin lekatkan dengan lem atau lak
kuku.
6. Kemudian masukkan ke dalam lempeng preparat yang
terbuat dari lempeng alumunium, jepit dengan karton.
7. Beri etiket tentang nama spesies, nama kolektor,
tempat dan lain sebagainya. Maka preparat awetan telah selesai(jadi).
8. Simpan dalam kotak preparat(ada yang terbuat dari
kayu, plastik ataupun seng).
3.3.2
Membuat Preparat Awetan Jamur
Cara membuat biakan murni jamur
(lakukan perkelompok masing-masing 5 orang).
1. Ambil
cawan petri yang berisi beberapa bentuk dan warna hifa/miselium jamur dari
hasil isolasi jamur pada praktiku sebelimnya, kemudian tempatkan didalam
laminar air flow (entkas).
2.
Amati jamur-jamur yang tumbuh.
3. Sesuai
petunjuk dosen/asiten, maka ambil satu macam jamur dengan menggunakan jarum
preparat atau jarum ent steril (telah dipanasi beberapa detik di atas lampu
Bunsen).
4. Meia agar
miring dibuka kapasnya dan ujungnya dipanasi dengan lampu Bunsen.
5. Goreskan hasil no.3 pada media
agar miring di dalam laminar flow.
6. Tutup kembali
media agar miring dengan kapas. Simpan dalam laminar air flow (entkas).
7. Setelah
kurang lebih 4-7 hari dari pembuatan biakan murni, amati dengan seksama jamur
yang tumbuh.
8.
Selanutnya setiap mahasiswa mengambil hasil tumbuh jamur dalam media agar miring,
bias sporanya, 2 miseliumnya atau golongan keduanya untuk selanjutnya dijadikan
perparat awetan jamur.
9. Ambil
dengan jarum preparat atau jarum ent steril hasil tumbuh jamur dalam media agar
miring lalu tempatkan di atas gelas benda yang berisi laktofenol dala lingkaran
parafirin. Amati dibawah mikroskop bentuk jamurnya apakah bagus dan layak untuk
dijadikan preparat awetan ataukah tidak.
10. Apabila sudah dirasa bagus dan
layak, maka tutup dengan cover slip.
11. Panaskan diatas lempeng pemanas
atau lampu Bunsen.
12. Lekatkan dengan lem atau lak
kuku.
13. Masukkan
ke dalam lempeng alumunium, jepit dengan karton, beri etiket secukupnya.
3.3.3
Membuat Preparat Awetan Serangga Tanah
1. Gali permukaan tanah yang gembur, berpasir dan
banyak mengandung humus pada daerah perakaran tanaman(tanaman kopi, kakao,
kelapa, jagung, tembakau dan sebagainya), dengan menggunakan alat (cangkul,
cetok, sabit, dan lainnya). Cari serangga (telur, larva, nimfa, pupa atau
imago) yang mungkin terdapat dalam tanah tersebut. Apabila ditemukan serangga
maka lakukan pekerjaan berikut :
2. Ambil dan kumpulkan serangga yang diperoleh
sesuai dengan spesies, family, ordo serangga, jangan dicampur manakala serangga
berbeda- beda.
3. Ambil satu spesies atau jenis, family atau ordo kemudian
masukkan ke dalam air mendidih beberapa menit agar serangga tidak mudah
terkontaminasi jamur atau bakteri patogen.
4. Masukkan ke dalam gelas museum atau botolpreparat
yang berisi formalin 4%,atau alkohol 70% sebagai bahan pengawet. Lakukan hal yang
sama pada spesies atau ordo lain.
5. Awetan serangga telah selesai, beri etiket
secukupnya (nama spesies, nama kolektor, tempat pengambilan spesemen, dan lain
sebagainya). Lakukan setiap kelompok (5 mahasiswa).
6. Simpan pada meja-meja preparat di jurusn HPT.
DAFTAR
PUSTAKA
Hanif,
Y. 1988. Mikrobiologi Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mustika, I.
2010. Konsepsi dan Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman Di Indonesia. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian, Vol 3 / No. 2.
Saya akan sangat mengesyorkan perkhidmatan pembiayaan meridian Le_ kepada sesiapa yang memerlukan bantuan kewangan dan mereka akan membuat anda berada di atas direktori tinggi untuk sebarang keperluan selanjutnya. Sekali lagi saya memuji diri anda dan kakitangan anda untuk perkhidmatan dan perkhidmatan pelanggan yang luar biasa, kerana ini merupakan aset yang hebat untuk syarikat anda dan pengalaman yang menyenangkan kepada pelanggan seperti saya sendiri. Mengharapkan anda semua yang terbaik untuk masa depan. Perkhidmatan pembiayaan meridian adalah cara terbaik untuk mendapatkan pinjaman mudah, di sini ada email..lfdsloans@lemeridianfds.com Atau bercakap dengan Encik Benjamin Pada WhatsApp Via_ 1-989-394-3740 Terima Kasih untuk membantu saya dengan pinjaman sekali lagi dengan sepenuh hati saya bersyukur selama-lamanya.
BalasHapus