Sabtu, 08 Februari 2014

PETANI



PETANI
Petani adalah orang yang melakukan kegiatan bercocok tanam. Kegiatan bercocok tanam yang dimaksud adalah mulai dari perencanaan (planning), penyiapan lahan, penyiapan benih, penanaman, perawatan (pemupukan, pengendalian hama dan penyakit), irigasi, dan pemanenan serta pasca panen (pemasaran).
Fadholi Hermanto, memberikan pengertian tentang petani yang mengatakan bahwa :
“Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya dibidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha tani pertanian, peternakan, perikanan (termasuk penangkapan ikan), dan mengutamakan hasil laut”. (1989)

Klasifikasi petani
Berdasarkan teknologi yang digunakan:
1.             Petani pedesaan yang masih hidup dengan cara pertanian sederhana sambil tetap mempertahankan mata pencaharian berburu dan meramu sebagai sumber hidup tambahan. Mereka disebut peladang berpindah. Mereka membuka ladang dari hutan. Ladang ini ditanami dua kali atau satu kali setahun dengan tanaman pangan untuk dikonsumsi sendiri. Setelah itu ladang ditinggalkan karena sudah tidak subur lagi. Lalu mereka membuka ladang lagi dari hutan yang lain. Desa mereka bermukim semi permanen dan biasanya dikelilingi hutan.
2.             Petani Modern. Mereka hidup dalam desa-desa modern. Mereka menjalankan usaha pertanian dengan menggunakan peralatan modern seperti traktor dan huller.
3.             Masyarakat petani menetap namun secara teknologi, ekonomi dan system sosialnya berada di antara dua golongan diatas.masyarakat ini sudah tinggal di desa permanen. Mereka tidak menggarap ladang kering seperti peladang berpindah tapi menggarap sawah dengan system irigasi. Namun luas sawah mereka sangat sempit bila dibandingkan dengan lahan pertanian milik petani farmer. Mereka disebut dengan istilah peisan. Peisan menanam tanaman pangan yang ditujukan untuk konsumsi sendiri. Alat pertanian yang digunakan lebih maju seperti pacul, bajak dan garu.

Berdasarkan kepemilikan lahan:
1. Petani pemilik lahan yang kaya. Mereka tidak menggarap sendiri lahan pertaniannya, tapi digarap oleh orang lain dengan cara bagi hasil.
2. Petani kecil. Mereka yang memiliki lahan namun terbatas. Mereka menggarap sendiri lahan pertaniannya

3. Petani tunakisma adalah petani yang menggarap lahan pertanian milik orang lain secara bagi hasil.

4. Kategori lain adalah buruh tani tunakisme yang hanya bermodalkan tenaga.
Frekuensi hubungan antara manusia rendah. System interaksi antara anggota komunitas dan antara komunitas secara keseluruhan terbatas. System interaksi sosial yang prominen adalah kontak pribadi. Hubungan sosial bersifat personal dan berlangsung dalam waktu yang lama. Hubungan sosial relative sederhana dan tulus. Orang berinteraksi sebagai manusia tidak didasarkan atas kepentingan tertentu.

Petani Indonesia
Petani di indonesia dalam aktivitas pertanian masih sangat terpengaruh pada adat dan istiadat. Bahkan sampai saat ini kebiasaan tersebut masih di lestarikan. Contoh gotong royong antar sesama petani pada saat tanam padi. Yaitu petani yang akan menanam padi akan meminta bantuan pada petani lain dan setelah selesai dia juga membantu petani yang dimintai bantuan. Kemudian biasanya sebelum melakukan kegaitan penanaman tanaman di lahan pertanian petani indonesia melakukan ritual agar produksi pertaniannya optimal atau semakin baik.
Kondisi petani di Indonesia masih memprihatinkan. Rata-rata kepemilikan lahan petani hanya 0,2 ha. petani Indonesia sebenarnya konsumen. Seluruh tahapan proses produksi petani jadi konsumen sejati. Sebelum olah tanah, petani membeli benih (padi), setelah olah sawah, petani membeli segala jenis pupuk. Hingga tahap pertumbuhan padi, petani membeli segala macam obat-obatan, pestisida sampai insektisida.
Petani juga pangsa pasar aktif, jadwal konsumsinya jelas dan pasti. Menggiurkan bagi perusahaan saprotan (sarana produksi pertanian). Tak ada proteksi signifikan terhadap petani selaku konsumen. Pupuk, komoditas paling banyak menguras modal, meski telah disubsidi, kenyataan petani tak pernah menikmatinya. Di sentra pangan Pantura Jabar pupuk sampai ke tangan petani, selalu lebih mahal. Subsidi hanya dinikmati pedagang di rantai distribusi pupuk. Belum lagi benih yang "nir-subsidi", juga obat-obatan.  Proses transaksi sepenuhnya liberal, produsen seenaknya menaikkan harga.
Perusahaan saprotan berpikiran, bila petani tidak membeli, dengan apa hama sundep, kelep atau wereng cokelat yang menyerang sawah diberantas. Petani jelas tak mau kehilangan momen satu-satunya yang jadi andalan, ialah panen. Apakah setelah panen petani senang. Tidak demikian. Memang ada proteksi harga dasar (HD). Tetapi mekanisme pasar bebas yang mengepung HD jauh lebih kuat hingga gabah tetap saja berharga rendah. Dominasi "Gangster Cipinang" lebih ampuh dalam memainkan harga. Kapan harga dikerek dan kapan harus dibanting, mereka lebih paham, dan memiliki instrumen riil di lapangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar