Sabtu, 16 Juni 2012


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tanaman merupakan suatu tumbuhan yang di kelola manusia yang berguna untuk mengambil hasilnya atau sering juga disebut budidaya pertanian. Dalam kegiatan budidaya tanaman, sangat rentang sekali terhadap beberapa faktor-faktor yang sangat sensitif di antaranya adalah adalah unsur hara, iklim, tanaman dll.
Diantara aspek-aspek yang di sebutkan diatas yang perlu di perhatikan adalah tehnik dan tatacara penanganan benih dan persemaian yang berkaitan erat dengan sistim biologi benih yang bersangkutan. Untuk mengerti sejauh mana pengaruh penanganan benih dan persemaian terhadap mutu benih, perlu diketahui dasar-dasar genetik dan biologi benih. Di dalam kegiatan-kegiatan penanganan benih dan persemaian, hasil terbaik dapat diperoleh apabila pengetahuan tentang dasar-dasar ini digunakan secara tepat.
            Benih adalah salah satu bagian yang kecil dari tanaman. Tetapi meskipun begitu, benih memiliki peran besar bagi tumbuhan. Tanpa adanya benih, kehidupan suatu tumbuhan tidak akan berlangsung. Benih merupakan bagian dari tanaman yang berasal dari peleburan inti sel gamet jantan dengan sel gamet betina. Jika digunakan bukan untuk perbanyakan, maka disebut sebagai biji. Jadi secara fungsional, benih adalah bagian dari tanaman yang digunakan untuk perbanyakan, sedangkan secara struktural benih diartikan sebagai bagian dari tanaman yang berasal dari peleburan inti sel gamet jantan dengan sel gamet betina (pembuahan).
            Benih dapat berkembang melalui suatu proses yang dinamakan perkecambahan. Secara fisiologis, perkecambahan benih adalah dimulainya lagi proses metabolisme yang tertunda serta berlangsungnya transkripsi genom. Proses ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan tempat benih itu berada.
            Untuk mendapatkan suatu tanaman yang baik dan berkualitas, maka benih yang akan ditanam pun harus bermutu baik. Benih bermutu adalah benih yang baik dan bermutu tinggi yang menjamin pertanaman bagus dan hasil panen tinggi. Mutu benih adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh benih, yang menunjukkan kemampuan untuk memenuhi standar yang ditentukan serta terbagi
atas 4 bagian yaitu mutu fisik, mutu fisiologis, mutu genetik, dan mutu pathologis.
1.2  Tujuan
1.      Untuk mengetahui struktur kecambah dua macam jenis benih dan mengetahui keragaman perkecambahannya.
2.      Untuk melatih mahasiswa agar dapat melakukan uji kekuatan tumbuh (vigor) bibit, dan memahami relevansi uji kedalaman tanam




























BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Teknik pembibitan untuk menghasilkan bibit berkualitas merupakan hal penting bagi pengembangan tanaman tahunan termasuk tanaman jarak pagar. Pembibitan diartikan sebagai usaha mempersiapkan bahan tanaman berupa bibit yaitu tanaman muda melalui penanaman biji maupun bagian vegetatif tanaman (Santoso, B dan Bambang S, 2008).
Benih diartikan sebagai biji tanaman yang telah mengalami perlakuan sehingga dapat dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman perlakuan sehingga dapat dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman. Secara agronomi, benih disamakan dengan bibit karena fungsinya sama. Tetapi secara biologi berbeda. Bibit digunakan untuk menyabut benih yang telah berkecambah. Dalam perkembangbiakan secara vegetatif, bibit dapat diartikan sebagai bahan tanaman yang berfungsi sebagai alat reproduksi, misalnya umbi (Sugiyono, 2005).
Tanaman baru yang berasal dari biji (benih), umumnya akan serupa dengan tanaman induknya, apabila tidak terjadi intervensi tepung sari asing yang tidak diinginkan jatuh pada stikma(kepala putik). Suatu perkecualian yang terjadi pada beberapa jenis tanaman seperti pada beberapa spesies rumputan dan Citrus, dimana dihasilkan biji (asexual seed), aparatus (egg apparatus). Jadi di sini tidak terjadi pembuahan antara telur dan sperma (fertilization); juga tidak terjadi campuran sifat dari tepung sari dan sel telur atau telur. Pada keadaan seperti ini, embrio seluruhnya dibentuk dari sel tanaman induk. Karena itu sifat keturunannya identik dengan sifat tanaman induk (Susianto, 1994).
Menurut Sutopo (1984) dalam Sumiarsi, N dan Ninik, S (2006)menyatakan, bahwa proses perkecambahan biji merupakan suatu rangkaian komplek dari perubahan morfologi, fisiologi, dan biokimia. Tahap pertama dimulai dari penyerapan air oleh biji, melunaknya kulit biji, dan hidrasi oleh protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi biji. Tahap ketiga berupa penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, dan protein menjadi bentuk terlarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan di daerah enzimatik ke daerah meristimatik untuk menghasilkan energi untuk pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan kecambah melalui proses pembelahan dan pembesaran. Pada saat daun belum berfungsi untuk fotosintesis, maka pertumbuhan kecambah sangat bergantung pada persediaan makanan dalam biji.
Proses-proses perkecambahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan faktorfaktor lingkungan seperti air, O2, cahaya dan suhu. Air berperan dalam melunakkan kulit biji, memfasilitasi masuknya O2, pengenceran protoplasma untuk aktivasi fungsi, dan alat trasnportasi makanan. Suhu berperan dalam pematahan dormansi; aplikasi fluktuasi suhu yang tinggi berhasil mematahkan dormansi pada banyak spesies, terutama yang mengalami termodormansi. Aplikasi fluktuasi suhu ini dapat berupa chilling/alternating temperature maupun pembakaran permukaan. O2 dibutuhkan pada proses oksidasi untuk membentuk energi perkecambahan. Cahaya mempengaruhi perkecambahan melalui tiga macam bentuk yaitu intensitas cahaya, panjang gelombang, dan fotoperiodisitas (Susianto, 1994).
Keuntungan penggunaan teknik pembibitan secara vegetatif antara lain keturunan yang didapat mempunyai sifat genetik yang sama dengan induknya, tidak memerlukan peralataan khusus, alat dan teknik yang tinggi kecuali untuk produksi bibit dalam skala besar, produksi bibit tidak tergantung pada ketersediaan benih/musim buah, bisa dibuat secara kontinyu dengan mudah sehingga dapat diperoleh bibit dalam jumlah yang cukup banyak, meskipun akar yang dihasilkan dengan cara vegetatif pada umumnya relatif dangkal, kurang beraturan dan melebar, namun lama kelamaan akan berkembang dengan baik seperti tanaman dari biji, umumnya tanaman akan lebih cepat bereproduksi dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari biji (Pudjiono, 1996) dalam Adinugraha (2007) .




BAB 3. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum struktur pertumbuhan bibit dan uji kedalaman tanam dilaksanankan  pada  hari  senin  tanggal  13 Maret  2012 jam 14.00 dan bertempat
di laboratorium pembiakan tanaman Fakultas Pertanian Uneversitas Jember.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1.      Benih monokotil (padi atau jagung)
2.      Benih dikotil (kakao atau kacang tanah)
3.      Substrat tanah dan pasir
3.2.2 Alat
1.      Bak pengecambah
2.      Penggaris
3.      Hand sprayer penyemprot air
3.3 Cara Kerja
1.      Membuat media tanam berupa campuran tanah top soil dan pasir perbandingan 1:1, kemudian bersihkan dan diayak halus.
2.      Masukkan campuran media tanam kedalam bak pengecambah hingga  -  tinggi bak (untuk kedalaman 2,5 – 7,5) siram sampai kelembaban secukupnya.
3.      Tanam 20 – 25 butir benih monokotil (jagung atau padi) sebanyak 20 – 25 benih dan dikotil ( kedelai atau kacang tanah) dengan kedalaman 2,5 ; 5,0, dan 7,5 cm dalam tiga ulangan.
4.      Tutup benih yang telah ditanam dengan campuran tanah lembab yang sama setinggi kedalaman tanam.
5.      Setiap bak pengecambah ditanam satu jenis benih dengan kedalaman tertentu (sesuai perlakuan) sebanyak tiga lajur (3 ulangan). Jangan lupa untuk selalu menjaga kelembaban subtract setiap saat.




























BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Jenis benih
Kedalaman tanam
UI
Perkecanbahan (%) hari ke-
Tinggi kecambah bibit
Ke -6
Normal
Abnormal
Mati



Jagung atau padi

2,5
1
2
3
10
10
10
-
-
-
-
-
-
6,9
5,77
6,33

5,0
1
2
3
9
10
10
-
-
-
1
-
-
6,35
6,23
6,68

7,5
1
2
3
10
7
2
-
-
2
-
3
-
20,9
22,4
15,7



Kedelai atau kacang

2,5
1
2
3
2
1
1
2
5
3
6
4
6
8,125
8,75
9,65

5,0
1
2
3
3
3
5
3
3
3
4
4
2
7
7,25
8,35

7,5
1
2
3
5
6
3
3
2
3
2
2
4
8,94
9,25
8,33

4.2 Pembahasan
Pada praktikum tentang struktur pertumbuhan bibit dan uji kedalaman tanam ini meneliti tentang  struktur beberpa benih dengan menggunakan benih jagung dan kacang tanah yang dibuat sampel percobaan. Selain itu percobaan yang dilakukann yaitu uji kedalaman tanah dimana dilakukan tiga perlakuan yang masing-masing perlakuan berbeda-beda kedalaman tanamnnya, yatitu perlakuan pertama sedalam 2,5 cm, kedua 5 cm dan 7,5 cm untuk perlakuan yang ketiga. Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui kedalaman tanam yang selayaknya dilakukan pada tanaman yang diprtlakukan sebagai percobaan.

Grafik Perkecambahan Benih Jagung            Grafik Perkecambahan Kacang Tanah
.Grafik kekuatan tumbuh bibit jagung dan kacang tanah
Tanaman Jagung Dan Padi
Pada perlakuan tanam 2,5 = 30/30 x 100% = 100%
Pada perlakuan tanam 5,0 = 29/30 x 100% = 96,6%
Pada perlakuan tanam 7,5 = 25/30 x 100% = 83,3%

Tanaman Kedelai Dan Kacang Tanah
Pada perlakuan tanam 2,5 = 4/30 x 100% = 13,3%
Pada perlakuan tanam 5,0 = 11/30 x 100% = 36,6%
Pada perlakuan tanam 7,5 = 14/30 x 100% = 46,6%

Hasil yang telah diketahui dengan rincian tabel diatas bahwa pada tanaman jagung dengan perlakuan kedalaman 2,5 cm adalah penanaman yang paling baik karena semua benih yang ditanam tumbuh dengan normal semua yaitu dengan tinggi pada hari ke-6: 6,9cm; 5,77 cm; dan 6,33. Sedangkan pada kedalaman 5,0 cm dan 7,5 benih yang dikecambahkan tidak dapat tumbuh semua.
Pada perlakuan benih yang kedua yaitu dengan menggunakan banih kacang tanah sebagai sampel percobaan dihasilkan yaitu pada uji kedalaman yang paling banyak menghasilkan tanaman yang normal pada kedalaman 7,5 cm, namun yang paling sedikit menghasilkan tanaman normal diantara ketiga percobaan yang dilakukan yaitu pada kedalaman 2,5 cm. Indikasi ini membuktikan bahwa pada penanaman kacang tanah, kedalaman yang dilakukan sebaiknya pada kedalaman dangkal.
Banyak faktor alasan atau penyebab yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan perkeacambahan kedua tanaman tersebut. Apabila faktor tersebut kebutuhannya tidak terpenuhi maka tanaman tersebut bisa mengalami dormansi yaitu berhenti melakukan aktifitas hidup. Faktor pengaruh tersebut terdapat dua faktor umum yaitu faktor internal dan eksternal. Pada faktor eksternal antara lain :
1. Air dan Mineral berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2 akar. Diferensiasi salah satu unsure hara atau berlebihan akan menghambat pertumbuhan.
2. Kelembaban. Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan perkecambahan. Tumbuhan lebih mudah mendapatkan air serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat.
3. Suhu  mempengaruhi kerja enzim. Suhu ideal yang diperlukan untuk pertumbuhan yang paling baik adalah suhu optimum, yang berbeda untuk tiap jenis tumbuhan. Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22 derajat celcius sampai dengan 37 derajad selsius. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti
4. Cahaya mempengaruhi fotosintesis. Sinar matahari dibutuhkan tanaman untuk melakukan fotosintesis. tanaman akan  tampak pucat dan warna tanaman kekuning-kuningan jika kekurangan cahaya. Pada kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat proses pertumbuhan.
Hormon juga memegang peranan penting dalam proses perkembangan dan pertumbuhan perkecambahan seperti hormon auksin untuk membantu perpanjangan sel, hormon giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi matang. Selain faktor tersebut ada juga faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan kecambah diatas, yaitu media yang digunakan. Media ini dapat berpengaruh pada proses pertumbuhan kecambah. Dalam hal ini sebaiknya digunakan media yang steril. Karena kesterilan media bisa jadi menyebabkan kendala bagi pertumbuhan kecambah.
Secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun interval waktu antartahap pertumbuhan dan jumlah daun yang berkembang dapat berbeda. Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap, yang pertama yaitu fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama. fase kedua adalah pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina. fase ini diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk. dan sedangkan fase terakhir yaitu fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis.
Jika ditanam dilapang untuk tanaman jagung yang cocok adalah pada kedalaman 2,5 cm. Hal ini dibuktikan pada hasil pengamatan diatas yaitu semua benih yang ditanam pada kedalaman tersebut tumbuh dengan normal semua, sedangkan pada kedalaman 5,0 cm dan 7,5 cm tidak dapat tumbuh semua. Sedangkan pada kacang tanah kedalaman yang cocok adalah 7,5 cm hal ini juga berdasarkan hasil pengamatan, sedangkan pada kedalaman 2,5 cm dan 5,0 cm banyak benih yang tidak tumbuh. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pada tanaman kacang tanah penanaman dilapang yang paling cocok adalah kedalaman 7,5 cm.





























BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum uji kedalaman tanam dapat ditarik kesimpulan bahwa pertumbuhan benih ada dua yaitu epigeal (pada tanaman kacang tanah) dan hipogeal (pada tanaman jagung). Pada penanaman benih padi maupun benih kacang tanah kedalaman tanam yang menunjukan bahwa kedalaman 2,5 cm lebih baik dari pada krdalaman 5 cm dan 7,5 cm. Keefisianan kedalaman tanam suatu tanaman pasti berbeda beda, dari data pengamatan kedalaman tanam yang paling efisien adalah kedalaman tanam yang menggunakan 2,5 cm. Apabila hasil praktikum ini di uji dilapang maka kedalaman yang paling sesuai adalah pada kedalaman 2,5 cm.

5.2 Saran
Adapun saran yang mungkin bisa digunakan untuk membantu kelancaran dari praktikum ini yaitu:
a.    Pemahaman terhadap teori struktur pertumbuhan bibit sangat diperlukan supaya dapat dapat menerapkannya dengan baik.
b.    Pemahaman cara kerja juga diperlukan demi kelancaran praktikum dan  mampu dalam mengerjakan pretest.






DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, 2007. Tehnik Perbanyakan Vegetatif Jenis Tanaman Acacia mangium. Jurnal Info teknis. Vol (5) (2).

Santoso, B dan Bambang, S. 2008. Teknik Pembibitan Tanaman Jarak (Jatropha curcas L.). Crop Agro. Vol 1 No 2.

Sugiyono. 2005. Perkembangan Bibit Dan Lingkungannya. Intan Pariwara Pustaka.
Jakarta.
Sumiarsi, N dan Ninik, S. 2006. Pengaruh Beberapa Media pada Pertumbuhan Bibit Eboni (Diospyros celebica Bakh) melalui Perbanyakan Biji. Jurnal Biodiversitas. Volume 7 Nomor 3  Halaman: 260-263

Susianto. 1994. Pembibitan Tanaman. Aneka Ilmu. Surabaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar