Add caption |
LAPORAN
PRAKTIKUM
PENGGUNAAN
PESTISIDA DI BIDANG PERTANIAN
Acara : Kalibrasi Dan Peralatan Pestisida
Tanggal : 05 April 2014
Tempat : Jurusan Hama Dan Penyakit Tumbuhan (HPT)
Tujuan : Untuk mengetahui peralatan aplikasi
pestisida serta melakukan uji coba kalibrasi peralatan yang akan digunakan
|
NAMA : DENI
SETYAWAN
NIM :
111510501088
KELAS : A
Nilai
:
|
|
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Penggunaan pestisida dalam rangka usaha mengendalikan
jasad pengganggu secara kimiawi, terdapat faktor yang sangat menntukan
efektifitasnya. Salah satu penyebab efektifitas adalah alat yang digunakan
dalam aplikasinya. Pengetahuan mengenai alat semprot sangatlah penting bagi
seoarang yang akan melakukan pengendalian terhadapat gangguan OPT. pemakaian
alat yang tepat serta dosis yang sesuai anjuran juga menentukan efektifitas
dalam hal pengendalian jasad penggangggu.
Pestisida
pada umumnya bersifat racun yang dapat membunuh organisme non sasaran yang
berguna bagi pengendalian hama dan penyakit secara alami. Tidak hanya hama dan
penyakit non sasaran yang dapat berdampak negatif tetapi juga nyawa pengguna
juga bisa terancam bila penggunaannya tidak sesuai prosedur. Oleh karena itu, perlu mengetahui sifat larutan dari pestisida itu sendiri sebelum
menggunakannya. Penggunaan pestisida harus mengikuti aturan yang
tertera dalam label pestisida jika tidak mengikuti peraturan yang ada maka
dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi manusia dan berdampak negatif bagi
lingkungan, serta juga dapat merusak ekosistem.
Berbagai jenis
dan tipe alat pengendalian yang digunakan saat ini sebagian besar adalah alat
pengendalian untuk mengaplikasikan pestisida, dan beberapa alat yang digunakan
untuk pengendalian secara fisik atau mekanik. Alat pengendalian untuk aplikasi
pestisida bertujuan untuk menghasilkan butiran-butiran cairan atau
percikan-percikan (droplet) yang berasal dari cairan yang ditempatkan di dalam
salah satu bagian dari alat tersebut. Cairan yang disemprotkan dapat berupa
larutan, emulsi, atau suspensi. Alat aplikasi pestisida
yang efisien dapat menjamin penyebaran bahan yang rata pada sasaran tanpa
pemborosan. Selain itu pekerjaan dapat dilakukan dengan cepat dan dengan jumlah
tenaga kerja minimal. Fungsi utama semua jenis alat pengendalian adalah untuk
membantu mengendalikan suatu organisme pengganggu tanaman sasaran sehingga
diperoleh hasil yang efektif dan efisien.
Alat semprot
yang memerlukan tenaga manusia tergolong dalam alat semprot manual, sedang alat
semprot mesin disebut alat semprot bermotor. Untuk dapat memilih jenis alat
yang efisien, serta menggunakannya dengan baik, maka setiap pemakai alat aplikasi
pestisida perlu mengetahui macam serta fungsi semua komponen yang terdapat pada
berbagai macam tipe alat tersebut.
Ada beberapa cara untuk mengaplikasi pestisida yakni: penyemprotan,
penghembusan, penyuntikan, pengabutan, fumigasi, perlakuan benih, penyebaran
butiran, dan juga pemasangan umpan. Macam aplikasi ini sangat tergantung dari
jenis pestisida yang digunakan demikian juga bentuk formulasinya serta macam
sasaran yang akan dikendalikan.
1.2
Tujuan
Tujuan dilaksanakan praktikum acara peralatan
aplikasi dan teknik kalibrasi adalah :
1. Untuk
mengetahui dan mengenal peralatan aplikasi pestisida.
2. Untuk
mengetahui teknik kalibrasi sebelum melakukan aplikasi pestisida di lapang.
BAB 2.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut
Sudarmo (1991), pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk
mengendalikan perkembangan atau pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma.
Tanpa menggunakan pestisida akan terjadi penurunan hasil pertanian yang
signifikan. Pestisida secara umum digolongkan beberapa jenis menurut organisme
yang akan dikendalikan populasinya yaitu Insektisida, herbisida, fungsida dan
nematisida digunakan untuk mengendalikan hama, gulma, jamur tanaman yang patogen
dan nematoda.
Semua alat
yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara penyemproan disebut
alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme kerjanya, sprayer
berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot yang dilakukan oleh nozzle,
menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang sangat halus (droplet). Pada
alat pengkabut (miss blower) dimasukkan kedalam pengertian sprayer. Fogging
machine dan cold aerosol generator sebenarnya juga dapat dianggap
sebagai sprayer. Banyak jenis alat penyemprot yang bisa digunakan, yaitu
penyemprot gendong, pengabut bermotor tipe gendong (Power Mist Blower and
Dust), mesin penyemprot tekanan tinggi (High Pressure Power Sprayer),
dan jenis penyemprot lainnya. Penggunaan alat penyemprot ini disesuaikan dengan
kebutuhan terutama yang berkaitan dengan luas areal pertanaman sehingga
pemakaian pestisida menjadi efektif dan efisien (Sukma, Y. dan Yakup, 1991).
Alat yang
digunakan dalam aplikasi pestisida tergantung formulasi yang digunakan.
Pestisida yang berbentuk butiran untuk menyebarkannya tidak membutuhkan alat
khusus, cukup dengan ember atau alat lainnya yang bisa dugunakan untuk
menampung pestisida tersebut dan sarungtangan agar tangan tidak berhubungan
langsung dengan pestisida. Pestisida berwujud cairan (EC) atau bentuk tepung
yang dilarutkan (WP atau SP) memerlukan alat penyemprot untuk menyebarkannya.
Sedangkan pestisida yang berbentuk tepung hembus bisa digunakan alat
penghembus. Pestisida berbentuk fumigant dapat diaplikasikan dengan alat
penyuntik, misalnya alat penyuntik tanah untuk nematisida atau penyuntik pohon
kelapa untuk jenis insektisida yang digunakan memberantas penggerek batang (Djojosumarto, 2000). Pada dasarnya
semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara
penyemprotan disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme
kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot, yang
dilakukan nozzle, menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang sangat
halus.
Berdasarkan ketahanannya di
lingkungan, maka pestisida dapat dikelompokkan atas dua golongan yaitu yang
resisten dimana meninggalkan pengaruh terhadap lingkungan dan yang kurang
resisten. Menurut Raini (2007) pestisida yang termasuk organoklorin termasuk
pestisida yang resisten pada lingkungan dan meninggalkan residu yang terlalu
lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai makanan, contohnya
DDT, Cyclodienes, Hexachlorocyclohexane (HCH), endrin. Pestisida kelompok
organofosfat adalah pestisida yang mempunyai pengaruh yang efektif sesaat saja
dan cepat terdegradasi di tanah, contohnya Disulfoton, Parathion, Diazinon,
Azodrin, Gophacide, dan lain- lain (Manuaba, 2008).
Penyemprot
gendong, baik yang otomatis atau semiotomatis dilengkapi dengan sabuk
penggendong. Sabuk ini berfungsi untuk menaruh alat pada punggung penyemprot.
Bagi penyemprot gendong otomatis, sebelum penyemprotan dimulai maka diperlukan
pemompaan terlebih dulu. Pemompaan dilakukan berulang kali sampai tekanan di
dalam tangki dianggap cukup dengan melihat manometer yang ada pada alat
tersebut. Tekanan yang terlalu tinggi dikhawatirkan bisa meledak. Dan
sebaliknya, apabila tekanan rendah maka air semprotan keluarnya tidak sempurna.
Lain lagi cara penggunaan penyemprotan gendong semiotomatis, jenis penyemprot
ini diperlukan pemompaan yang kontinyu.
Pengabut
bermotor tipe gendong (Power Mist Blower and Dust) adalah alat untuk
mengabutkan atau menghembuskan cairan dari dalam tangki. Untuk melakukan
pekerjaan tersebut masih diperlukan bantuan motor penggerak. Pada dasarnya
system kerjanya sama, yaitu memanfaatkan tekanan, hanya saja tekanan yang
diberikan pada alat ini berasal dari motor penggerak. Mesin penyemprot tekanan
tinggi (High Pressure Power Sprayer) adalah alat yang akan mengeluarkan
cairan semprot bila tekanan di dalam tangki cukup tinggi. Bagian-bagian dari
penyemprot tekanan tinggi adalah unit ruang tekan dan isap, unit pompa, selang,
laras dan nozzle. Alat ini digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu tipe penyemprot
yang menggunakan kerangka besi, tipe penyemprot yang diletakkan di atas
gerobak, dan tipe yang diletakkan di atas traktor (Djojosumarto, 2004).
BAB 3.
METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Pelaksanaan
praktikum acara Pengenalan Alat-alat Aplikasi Pestisida dan Kalibrasi dilakukan
pada tanggal 05 April 2014.
Praktikum dimulai pada pukul 15.00
WIB, di Laboratorium Perlindungan Tanaman Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan,
Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
1. Alat
semprot punggung semi otomatis
2. Alat
tulis
3. Ember
platik
4. Penggaris
atau meteran
5. Gelas
ukur 1000 ml
6. Stopwatch
3.2.2
Bahan
1. Air
2. Kertas
A4
3.3
Cara Kerja
3.3.1
Peralatan Aplikasi
1. Mengamati
peralatan aplikasi yang terdapat di laboratorium
2. Menggambar
peralatan dan bagian-bagiannya.
3. Memberi
keterangan dan cara kerja alat tersebut
3.3.2
Kalibrasi Peralatan
a.
Penentuan
kecepatan curah semprot
1. Memasukkan
air ke dalam alat semprot dan melakukan pemompaan secukupnya kemudian melakukan
penyemprotan ke dalam ember plastik selama 1 menit.
2. Mengukur
jumlah larutan yang keluar selama 1 menit dengan menggunakan gelas ukur.
3. Mengulang
prosedur di atas sebanyak 3 kali ulangan, selanjutnya menghitung kecepatan
curah per-menit (A)
b.
Penentuan
lebar gawang penyemprotan
1. Melakukan
penyemprotan pada ketinggian nozel 60 cm dari muka tanah ke permukaan tanah
yang kering.
2. Mengukur lebar penyemprotan
yang dihasilkan oleh nozel yang digunakan dengan mengukur jarak tepi ke tepi (B
meter)
c.
Penentuan
kecepatan jalan
1. Meletakkan
alat semprot di punggung dan melakukan penyemprotan sambil berjalan secara
teratr sejauh 10
meter.
2. Menghitung
waktu yang diperlukan untuk menempuk jarak 10
mter dengan menggunakan stopwatch.
3. Melakukan
hal yang sama sebanyak 3 kali, kemudian menghitung rata-rata waktu yang
diutuhkan untuk menempuh jarak tersebut.
4. Menghitung
kecepatan jalan (C meter/menit)
d.
Penentuan
jumlah volume larutan (liter) yang diperlukan untuk menyemprot seluas 1 hektar
(D)
D =
Ket:D
= Jumlah Volume (liter/ha)
A
= Kecepatan curah (liter/menit)
B
= Lebar gawang semprot (meter)
C
= Kecepatan jalan (meter/menit)
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Tabel 1. Gambar alat semprot yang digunakan
No
|
Gambar
alat
|
Keterangan
|
||||||||||||||
1.
|
|
Nama
alat: alat semprot semi automatic tuas bawah
Keterangan
gambar:
1. Nosel
2. Laras
3. Tutup
tangki
4. Tangki
penampung cairan
5. Selang
penghubung laras
6. Tuas
pemompa
7. Kran
|
Tabel
2. Hasil kalibrasi
No.
|
Parameter
|
I
|
II
|
III
|
1
|
Rerata Kecepatan
jalan
(m/menit)
|
14,7
|
14,7
|
14,6
|
2
|
Rerata
curah semprot
(liter/menit)
|
0,50
|
0,25
|
0,75
|
3
|
Rerata Lebar
gawang
(m)
|
0,75
|
1,55
|
1,58
|
4.2
Pembahasan
Kalibrasi
merupakan hal yang harus dilakukan ketika seorang akan melakukan pengendalian
terhadap OPT menggunakan alat semprot. Karena pada setiap alat semprot
memililki perbedaan volume yang keluar. Selain itu factor manusia juga dapat
menyebaakan perubahan tersebut. Alat semprot yang menyebabkan perubahan adalah
dari nozel, yang kemudian akan menyebabkan volume curah yang keluar, dan nozel
menyebabkan perbedaan lebar gawang. Faktor dari manusia (penyemprot) yang
menyebabkan perubahan adalah kecepatan jalan, karena setiap orang memiliki
kemampuan yang berbeda-beda, kemudian lebar gawang dan tekanan. Oleh karena itu
kalibrasi diperlukan karena pertimbangan hal tersebut, dengan kalibrasi maka
akan didapatkan volume air per hektar.
Pada pratikum
ini dilakukan kalibrasi dengan menggunakan alat semprot punggung semi otomatis tuas atas.
Pada awalnya dilakukan perhitungan kecepatan jalan dengan 3 ulangan dengan
jarak 10 meter. Pertama yang dilakukan adalah mencari curah dalam
satuan liter/menit yaitu dengan meyemprot dengan memasukkan air yang keluar
pada gelas ukur dengan volume 1 liter kemudian didapatkan rata-rata dari 3
ulangan yaitu sebanyak 0,75 liter/menit. Tahap kedua adalah melakukan
penghitungan kecepatan jalan sejauh 10 meter. Keceptan dihitung dari jarak yang
ditempuh dibagi dengan banyaknya waktu yang dihabiskan. Dari 3 ulangan
didapatkan data kecepatan jalan adalah 14,2 m/menit. Tahap terakhir adalah
penghitungan lebar gawang. Lebar gawang dihitung dalam satuan meter, yaitu
mengukur lebar tanah yang terkena semprot menggunakan meteran. Dari hasil
pengukuran meteran didapatkan hasil bahwa lebar gawang 1,58 m.
Perhitungan
kalibrasi merupakan perhitungan jumlah cairan yang dibutuhkan per luasan lahan
yang akan diaplikasikan. Perhitungan kalibrasi dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut:
D =
Keterangan :
D = Jumlah Volume
(liter/ha)
A = Kecepatan curah
(liter/menit)
B = Lebar gawang
semprot (meter)
C = Kecepatan jalan
(meter/menit)
Berikut
ini merupakan hasil kalibrasi dari alat semprot punggung semiotomatis tuas
atas:
D =
D =10000 x
0,75 L
14,2 m/menit
x 1,58 m
= 334,28 L/ha
Jadi
hasil kalibrasi alat semprot punggung semi otomatis adalah 334,28 L/ha. Dengan kebutuhan
air tersebut maka akan dibutuhkan dosis pestisida yang akan diaplikasikan
dilahan dapat dihitung jumlahnya agar dapat efisiensi penggunaan pestisida.
Alat-alat
semprot pestisida memiliki berbagai macam bentuk. Berikut beberapa macm alat
semprot pestisida yang umum dilakukan oleh petani beserta cara penggunaannya
dan perawatannya:
1. Alat
semprot semi otomatis
Untuk memecahkan cairan yang disemprotkan menjadi tetesan kecil (droplet)
dan mendistribusikan secara merata pada objek yang dilindungi dengan
menggunakan tekanan udara yang berasal dari pompaan pada bagian tuas.
Cara penggunannya dengan memasukkan bahan yang akan digunakan dalam
penyemprotan lalu menggunakan pompa dengan menekan tuas sehingga cairan keluar
ketika kita menekan kran yang ada. Cara perawatannya dengan melumasi bagian
tuas yang sering digunakan agar tidak mudah aus dan dapat digunakan lagi lalu
menggunakan alat dengan sesuai kebutuhan dan juga sering mengganti nosel karen
nosel sering tersumbat sehingga hasil dropletnya kurang.
2.
Pompa tekanan
udara otomatis
Untuk memecahkan cairan yang disemprotkan menjadi tetesan kecil (droplet)
dan mendistribusikan secara merata pada objek yang dilindungi dengan
menggunakan tekanan udara yang berasal dari pompaan aliran udara yang memiliki
tekanan yang tinggi. Cara penggunaannya
dengan memompa alat dengan tuas pemompa setelah larutan yang akan digunakan
dimasukkan kedalam tabung lalu mengarahkan laras pada bagian tanaman yang akan
disemprot dengan membuka kran yang akan mengeluarkan cairan akibat adanya
tekanan angina yang tinggi.
Cara perawatan
memakai dan menggunakan sprayer sesuai dengan keperluannya. Hindari
pemakaian yang tidak perlu dengan sprayer, semisal mengaduk larutan campuran
dengan stik sprayer, mencampur larutan didalam tangki sprayer dengan cara
menggoyang tangki sprayer kuat, Sering melihat atau cek bagian yang sering
rawan rusak, segel atau packing yang sering aus, pengatur atau kran yang sering
kotor dan aus, spuyer yang sering digunakan sering membesar dengan sendirinya,
katup macet karena kurang pelumas. Sebelum digunakan akan lebih baik cek
kebocoran kebocoran dan lakukan segera perbaikan bila itu hanya perbaikan
ringan, jangan menunggu benar benar rusak. Segera ganti spare part yang rusak
dengan yang baru di toko pertanian terdekat agar kerusakan tidak merembet.
Gunakan air yang bersih untuk bahan pelarutnya, saat melakukan penyemprotan.
Sebelum disimpan cuci berulang kali,cuci pertama, masukkan air bersih dan kocok
kocok seperlunya dan buang airnya. Cuci kedua, masukkan air bersih dan
buang lewat spuyer, dan buang sisa air dalam tangki.cuci ketiga, masukkan air
bersih dan setengah tutup AERO 810, kocok sebentar dan buang lewat spuyer dan
buang sisa air dalam tangki .keringkan, dan lumasi bagian yang bergerak seperti
piston dengan minyak kelapa. Simpan dengan kondisi miring atau terbalik.
Pengecekan kebocoran alat merupakan salah satu antisipasi dalam keracunan
pestisida pada petani (Kartika, Y, 2012).
3.
Sprayer tangan
Untuk memecahkan cairan yang disemprotkan menjadi tetesan kecil (droplet)
dan mendistribusikan secara merata pada objek yang dilindungi dengan
menggunakan tekanan udara yang berasal dari pompaan ketika kita menarik pelatuk
yang ada pada bagian bawah nosel. Cara penggunaannya
dengan memasukkan cairan yang akan digunakan kedalam tabung penampung lalu
menyesuaikan droplet yang akan digunakan untuk penyemprotan lalu memompa
sprayer dengan menggunakan pelatuk yang telah ada. Cara perawatannya dengan
membersihkan alat dengan menggunakan air setelah pemakaian lalu membalikkan
alat agar kotoran tidak masuk kedalam alat, sering-sering mengecak nosel yang
telah digunakan sehingga hasil droplet sesuai dengan diharapkan dan menggunakan
alat seperlunya saja.
4.
Fogging
Untuk membuat
asap udara sehingga dapat meracuni lubang tikus dengan cara pengasapan udara.
Cara penggunaanya dengan memasukkan belerang kedalam tabung yang ada lalu
menghidupkan mesin dan memasukkan pipa output kedalam lubang tikus asap yang
dihasilkan merupakan gabungan dari minyak yang dicampur dengan belerang
sehingga menimbulkan asap yang beracun bagi tikus. Cara perawatan dengan
sering-sering mengecek bagian mesin apabila mesin terasa tidak nyaman dan
membersihkan bagian tabung belerang.
Kehilangan
cairan pestisida yang terjadi merupakan salah satu kendala yang terjadi karena
adanya keausan nozzel yang digunakan sehingga perlu dilakukan kalibrasi dan
perawatan alat yang digunakan dalam plikasi pestisida dilapang. Kalibrasi
adalah menghitung atau mengukur kebutuhan air suatu alat semprot untuk luasan areal
tertentu. Kalibrasi harus dilakukan pada setiap kali akan melakukan
penyemprotan dilapang yang bertujuan untuk menghindari pemborosan pestisida
yang digunakan dan memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman akibat
penumpukan pestisida atau pengurangan residu kimia yang terjadi dilingkungan (Parlyna,
2011).
BAB 5.
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan dengan acara
Alat-alat Aplikasi Pestisida dan Kalibrasi dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1.
Tujuan utama
dari kalibrasi adalah mencari volume air/ ha.
2.
Penyebab
dilakukannya kalibrasi adalah adanya perubahan yang disebabkan dari nozel yang
selanjutnya akan menyebabakan perubahan curah dan lebar gawang.
3.
Manusia juga
merupakan salah satu faktor penyebab
perubahan yang disebabkan karena perbedaan kecepatan jalan dari masing-masing
orang yang tidak sama, kemudian lebar gawang dan tekanan yang diberikan dari
masing-masing orang juga tidak sama.
4.
Alat-alat semprot yang
banyak digunakan oleh petani maupun orang lain memiliki berbagai macam seperti
alat semprot tekanan udara otomatis, alat semprot tekanan udara semiotomatis,
handsprayer (manual) dan fogging serta memiliki berbagai tujuan yang
berbeda-beda setiap alat yang digunakan.
5.
Dengan menggunakan alat
semprot semi otomatis
didapat nilai penggunan air dalam pencampuran bahan pestisida sebesar 334,28 L/ha.
5.2
Saran
Sebaiknya sebelum melakukan aplikasi pestisida
dilapangan dilakukan kalibrasi terlebih dahulu agar penggunaan dapat efektif
dalam mengendalikan OPT sasaran. Selain itu kalibrasi juga akan menghemat biaya
pengedalian karena jumlah pestida yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Djojosumarto,
P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida
Pertanian. Kanisius.
Yogyakarta.
Djojosumarto, Panut. 2004. Teknik
Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Kartika,
Yuyun. 2012. Faktor Risiko yang Berkaitan dengan Kejadian Keracunan Pestisida
pada Petani Penyemprot Tanaman Bawang Merah di Desa Sengon Kecamatan Tanjung
Kabupaten Brebes. Unnes Journal of Public
Health 2 (1): 72-79.
Manuaba, I.
B. P. 2008. Cemaran Pestisida Fosfat-Organik di Air Danau Buyan Buleleng Bali. Jurnal Kimia, 2(1): 7-14.
Parlyna,
Ryna. 2011. Konsumsi Pangan Organik: Meningkatkan Kesehatan Konsumen. Econosains, 9(2): 157-165.
Raini,
Mariana. 2007. Toksikologi Pestisida dan Penanganan Akibat Keracunan Pestisida.
Media Litbang Kesehatan, 17(3):
10-18.
Sudarmo,
S. 1991. Pestisida. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Sukma, Y.
dan Yakup, 1991, Gulma Dan Teknik
Pengendaliannya, Rajawali Press, Jakarta.